Ini Tantangan Mendirikan Perusahaan Efek Daerah di Pelosok

Bisnis.com,08 Okt 2021, 20:33 WIB
Penulis: Annisa Saumi
Karyawan berada di dekat monito pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Anak usaha dari PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR), PT BJB Sekuritas resmi menjadi Perusahaan Efek Daerah (PED) pertama yang beroperasi di Indonesia.

Pembentukan PED ini dilakukan untuk menyerap potensi angka pertumbuhan minat investasi saham yang tinggi di Jawa Barat.

Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia Budi Frensidy menuturkan, tidak semua provinsi di Indonesia berpotensi membentuk PED seperti di Jawa Barat. Menurutnya, daerah yang akan membentuk PED harus mempertimbangkan edukasi dan kemampuan penduduknya mengambil risiko berinvestasi di saham.

"Kalau di suatu daerah sedikit sekali orang yang punya kemampuan mengambil risiko, apalagi tidak ada kesadaran pengetahuan, akan susah. Jadi bagus kalau di suatu daerah itu masyarakatnya, tingkat penghasilannya sudah cukup untuk investasi atau ada dana lebih," ujar Budi kepada Bisnis, Jumat (8/10/2021).

Dia juga melihat, di beberapa daerah dengan perekonomian yang belum maju, hanya sedikit penduduknya yang bisa menjadi investor. Selain itu, ada juga daerah yang memiliki kemampuan, tetapi, penduduknya tak bersedia berinvestasi karena kurangnya sosialisasi dan edukasi.

Budi menyebut, pengembangan investor oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dari jumlah investor ritelnya sudah cukup baik. Akan tetapi, pengembangan investor ini baru fokus pada usia muda, bukan usia menengah ke atas yang memiliki daya beli besar.

"Buktinya dana pihak ketiga (DPK) masih tinggi di perbankan. Bandingkan dana investor ritel di bursa," ucapnya.

Budi menyarankan otoritas terkait menggencarkan sosialisasi dan edukasi pasar modal ke daerah penghasil komoditas untuk memanfaatkan momentum. Pasalnya, saat ini harga komoditas seperti batu bara dan crude palm oil (CPO) tengah naik, sehingga banyak penduduk di daerah penghasil komoditas yang mendadak kaya.

"Jadi mereka bisa jadi target berikutnya. Jangan hanya milenial, yang non-milenial pasarnya begitu luas, terutama di daerah seperti Sumatera dan Kalimantan, ini diuntungkan ketika harga komoditas naik," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini