Potensi Masih Besar, Indef Sebut Dua Tantangan Perbankan Syariah

Bisnis.com,10 Okt 2021, 09:10 WIB
Penulis: M. Richard
Ilustrasi lembaga keuangan syariah./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan kinerja perbankan syariah tergolong cukup baik sepanjang tahun ini. Kendati demikian, beberapa tantangan masih perlu menjadi catatan untuk peningkatan kinerja akhir 2021.

Berdasarkan data OJK, total aset perbankan syariah per Juli 2021 tercatat Rp616,07 triliun, naik 16,4 persen dari periode sama tahun lalu Rp529,06 triliun.

Pembiayaan profit sharing tercatat Rp189,38 triliun, piutang Rp197,43 triliun, dan ijarah Rp7,6 triliun. Adapun, total dana pihak ketiga pun tercatat Rp493,56 triliun, naik 17,9 persen dari periode sama tahun lalu Rp418,15 triliun.

Peneliti ekonomi syariah Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Fauziah Rizki Yuniarti menyampaikan potensi pengembangan kinerja perbankan syariah akhir tahun cukup tinggi.

Terlebih, potensi untuk menghimpun dana murah masyarakat masih cukup kuat seiring dengan keterbatasan spending kalangan menengah ke atas.

"Perbankan Syariah harus memaksimalkan hal tersebut dengan mengembangkan produk yang menarik sehingga bisa menarik likuiditas masyarakat," katanya dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (9/10/2021).

Selain punya peran komersial seperti menghimpun dan menyalurkan dana, Fauziah berpendapat bank syariah mampu meningkatkan kinerja sosialnya.

Terlebih hal ini diamanatkan oleh Undang-Undang 21/2008 Perbankan Syariah untuk melakukan peran sosial, yaitu dengan menghimpun dan menyalurkan dana sosial (ziswaf).

Dana ziswaf adalah instrument utama ekonomi syariah dalam menciptakan keadailan sosial, pemeraatan pendapatan, yang ujungnya peningkatan kesejahteraaan ekonomi.

"Potensi dana ziswaf sangat besar potensi zakat mencapai Rp327,6 triliun dan potensi wakaf uang Rp180 triliun, tetapi realisasi pengumpulannya sangat rendah zakat hanya 3 persen atau Rp10 triliun sedangkan pengumpulan wakaf uang hanya 0,04 persen atau Rp850 miliar. Bank Syariah harus ambil peran dalam membantu meningkatkan penghimpunan ini dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyaluran dana sosial tersebut sehingga pemulihan ekonomi bisa lebih cepat tercapai," paparnya.

Kendati demikian, digitaliasi perbankan syariah sejauh ini masih menjadi kendala yang cukup serius di sebagian besar perbankan syariah.

Hal ini pun menjadi tantangan cukup berat di tengah pandemi telah memaksa semua sektor untuk menerapkan digitalisasi.

"Digitalisasi membutuhkan IT infrastruktur yang bagus dimana pembangunan IT infrastruktur bukanlah hal yang murah. Di sisi lain, bank syariah memiliki keterbatasan modal untuk bisa melakukan investasi IT secara masif. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan platform sharing dengan bank syariah lain," sebutnya.

Di samping itu, risiko pembiayaan juga masih meningkat. Walupun ekonomi sudah mulai membaik meskipun belum ke titik sebelum corona terjadi, tetapi ekonomi belum 100 persen pulih. Ekonomi yang belum pulih pasti berdampak pada risiko kredit meningkat karena ketidakmampuan para pengusaha untuk membayar kredit/pembiayaannya

"Ketidakpastian akhir dari pandemic varian baru corona yang terus hadir meskipun rasio vaksinasi sudah cukup tinggi di Indonesia menjadi tantangan yang dihadapi tak hanya perbankan syariah, tapi juga semua industri/sektor," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Azizah Nur Alfi
Terkini