Segmentasi Pasar Unggas Bisa Persempit Pasar Peternak Mandiri

Bisnis.com,11 Okt 2021, 17:40 WIB
Penulis: Iim Fathimah Timorria
Ayam broiler/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Segmentasi pasar unggas dinilai justru akan memperkecil ruang bagi peternak mandiri dalam menjual produknya. Sejauh ini, serapan di luar konsumen rumah tangga atau pasar tradisional masih mendominasi.

Ekonom pertanian dari IPB University Bayu Krisnamurthi mengatakan struktur pasar unggas, terutama untuk daging ayam ras, paling banyak mejangkau konsumen di luar pasar tradisional. Dia mencatat 35 persen produk unggas dijual ke pasar rakyat. Sementara sekitar 30 persen disalurkan ke pasar perusahaan seperti supermarket.

"Horeka sekitar 25 persen dan industri pengolahan sekitar 10 persen. Jika dilakukan segmentasi, justru akan membatasi pasar bagi peternak mandiri karena hanya sekitar sepertiga dari total pasar," kata Bayu, Senin (11/10/2021).

Menurutnya, kunci solusi masalah perunggasan terletak pada kehadiran industri daging beku dengan rantai dinginnya dan tepung telur. Kapasitas gudang-gudang berpendingin juga perlu dipastikan untuk optimasi penyerapan saat surplus terjadi.

"Agar stok di rantai dingin tidak menjadi masalah baru, perlu dikelola dengan baik. Karena itulah perlu ada daging beku dan juga daging segar," katanya.

Segmentasi pasar menjadi satu dari beberapa tuntutan peternak yang disuarakan saat harga ayam hidup siap potong (live bird) dan telur kembali terulang. Peternak mendesak agar perusahaan besar yang mengelola bibit ayam GPS dan PS, serta pakan, tidak memasarkan produk di pasar tradisional.

Ketua Pataka Ali Usman mengatakan pasokan berlebih di komoditas telur terjadi karena beberapa perusahaan pemain besar berbudidaya ayam layer.

Dia mengatakan pemerintah sejatinya hanya mengizinkan pelaku usaha integrasi melakukan budidaya sebanyak 2 persen dari total pasar, sedangkan 98 persen ditujukan untuk peternak rakyat.

"Saat ini pelaku usaha integrasi menguasai pasar ayam petelur mencapai 15 persen secara nasional. Pasokan telur berlebih sehingga harga telur anjlok sejak awal September, banyak peternak ayam melakukan afkir dini karena tidak mampu menanggung kerugian yang berkepanjangan. Terutama peternak di Blitar Jatim dan Kendal Jateng," ujarnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini