Subsidi Energi Fosil Tak Sejalan dengan Target Penurunan Emisi

Bisnis.com,12 Okt 2021, 20:54 WIB
Penulis: Muhammad Ridwan
Ilustrasi./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Paket pemulihan ekonomi pada tahun lalu dinilai belum sejalan dengan target perubahan iklim. Subsidi energi fosil saat ini tidak hanya mendorong konsumsi yang boros dan berdampak negatif secara sosial, ekonomi, lingkungan, dan kesehatan.

Berdasarkan laporan dari International Institute for Sustainable Development’s Global Subsidies Initiative (GSI), dari Rp108,5 triliun stimulus fiskal yang diberikan kepada sektor energi Indonesia dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Rp95,3 triliun di antaranya diberikan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menggunakan bahan bakar fosil secara intensif.

Stimulus tersebut dinilai lebih banyak menguntungkan industri fosil dibandingkan dengan perkembangan industri energi bersih, mengingat bahan bakar fosil ini masih memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia.

Namun demikian, kebanyakan subsidi fosil dinikmati oleh rumah tangga mampu dan kaya dibandingkan dengan rumah tangga, miskin sehingga mendorong konsumsi bahan bakar fosil yang berlebihan.

“Dengan merangkul dan memberi insentif pada energi terbarukan sebagai bagian dari rencana pemulihan ekonomi nasional, Indonesia dapat membawa perubahan di sektor energi, mendorong perekonomian, dan mengatasi perubahan iklim. Tidak ada kata terlambat untuk mencapai target emisi yang ambisius,” ujar Penulis utama laporan Theresia Betty Sumarno, dikutip Selasa (12/10/2021).

Laporan tersebut menyoroti potensi energi terbarukan Indonesia yang telah menciptakan 0,5 juta lapangan kerja di Indonesia sepanjang 2019.

Dengan mereformasi subsidi bahan bakar fosil dan merealokasikan dana ke energi terbarukan, Indonesia dapat menghasilkan pendapatan untuk pemulihan ekonomi dan memberikan dukungan langsung kepada mereka yang paling terdampak.

“Mendedikasikan uang pemulihan ekonomi nasional untuk mempromosikan sektor energi terbarukan adalah sebuah kemenangan ganda bagi Indonesia,” ujar penulis laporan dan penasihat kebijakan senior IISD Lourdes Sanchez.

Sementara banyak negara telah menggunakan energi terbarukan sebagai bagian dari upaya pemulihan ekonomi mereka, laporan singkat itu juga mengidentifikasi dukungan Indonesia untuk bahan bakar fosil dalam anggaran PEN jauh melebihi dukungan untuk energi terbarukan.

Subsidi bahan bakar fosil telah mendorong secara langsung produksi dan konsumsinya, yang lantas menjadi kontributor utama perubahan iklim.

Dengan kepresidenan G20 yang akan datang, Indonesia memegang posisi penting dalam upaya global untuk memerangi perubahan iklim dan pemulihan dari pandemi Covid-19.

Laporan singkat itu juga mendukung penghapusan subsidi bahan bakar fosil dan transisi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan sebagai bagian dari pemulihan Covid-19 di Indonesia.

“Jika kita tidak bertindak cepat, dampak perubahan iklim akan menjadi bencana besar. Sangat penting bahwa paket pemulihan Covid-19 mendorong target iklim yang ambisius,” kata Theresia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Lili Sunardi
Terkini