Kemenperin: Importir Dalam Negeri Sudah Amankan Pasokan Kapas

Bisnis.com,13 Okt 2021, 11:51 WIB
Penulis: Nyoman Ary Wahyudi
Pekerja meyelesaikan pembuatan pakaian di pabrik garmen PT Citra Abadi Sejati, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/9/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah mengamankan pasokan kapas dari Amerika Serikat menyusul kenaikan harga bahan baku itu di pasar internasional yang melampui US$1 per pon untuk pertama kalinya selama hampir satu dekade terakhir.

Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Elis Masitoh mengatakan importir kapas dari dalam negeri sudah menjalin kerja sama dengan eksportir Amerika Serikat ihwal pasokan kapas itu untuk kebutuhan garmen.

“Kita negosiasikan supaya pasokan tetap lancar, supaya itu juga mendukung garmennya di Amerika Serikat jadi semacam barter begitu,” kata Elis kepada Bisnis.com, Rabu (13/10/2021).

Elis mengatakan Kemenperin juga turut menjajaki peluang pasokan kapas dari sejumlah eskportir yang ada di India dan Vietnam untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Hanya saja, dia mengatakan, industri tekstil nasional selama ini mengambil bahan baku dari China karena harga yang murah.

“Indonesia banyak mengambil kapas dari Xinjiang karena harganya yang murah, mau tidak mau sekarang kita cari ke produsen-produsen kapas lain, misalnya India atau Vietnam kalau mau menjual kapasnya bukan hanya untuk kebutuhan sendiri,” kata dia.

Sebelumnya, kapas berjangka melesat melampaui US$1 per pon untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade karena cuaca buruk dan hambatan pengiriman mengancam pasokan, menaikkan biaya pakaian di seluruh dunia. Di New York, kontrak untuk pengiriman Desember 2021 naik ke angka US$1,005 per pon, tertinggi sejak November 2011.

Dilansir Bloomberg, Selasa (28/9/2021), harga kapas telah melonjak 28 persen sepanjang tahun ini karena permintaan yang ketat terutama dari China, ditambah dengan gangguan pasokan akibat pandemi dan kekacauan logistik yang dipicu oleh naiknya biaya pengiriman.

Semakin tinggi harga serat berarti biaya untuk membuat pakaian akan meningkat. Peritel mungkin mencoba membebankan biaya tersebut kepada pelanggan, yang mengakibatkan inflasi untuk segala hal mulai dari T-shirt hingga jeans. Ini dapat mengekang permintaan dan menekan margin untuk pembuat pakaian jadi seperti Levi Strauss & Co.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini