Jaga Stabilitas Rupiah, BI Perlu Tahan Suku Bunga Acuan di Level 3,5 Persen

Bisnis.com,18 Okt 2021, 15:23 WIB
Penulis: Maria Elena
Karyawan melintas didekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (30/12/2019). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) dinilai perlu mempertahankan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (B7DRR) di level 3,5 persen pada Rapat Dewan Gubernur bulan ini.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan kebijakan tersebut perlu dilakukan mempertimbangkan tingkat inflasi yang terkendali hingga September 2021.

Di samping itu, masih terdapat sejumlah risiko di tengah kondisi ekonomi domestik yang mulai pulih, misalnya krisis energi yang terjadi di China, India, dan beberapa bagian Eropa.

Krisis tersebut memicu kekhawatiran investor sehingga terjadi arus keluar yang agresif dari sekitar US$9,05 miliar di pertengahan September menjadi US$6,98 miliar di pertengahan Oktober.

Di samping itu, risiko juga muncul dari masalah utang Evergrande di China yang dinilai dapat menimbulkan risiko sistemik terhadap perekonomian China.

Masalah lainnya yaitu terkait dengan stance moneter the Fed, yang dapat melakukan kebijakan tapering lebih cepat dari yang diantisipasi sebelumnya. Hal in semakin memperburuk ketakutan dan mendorong investor untuk melarikan diri dari aset yang lebih berisiko.

“Akibatnya, terjadi peningkatan imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun dan 1 tahun masing-masing menjadi 6,27 persen dan 3,91 persen pada pertengahan Oktober, dari 6,17 persen dan 3,16 persen pada pertengahan September,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (18/10/2021).

Riefky mengatakan, terlepas dari ketidakstabilan akhir-akhir ini, rupiah terus terapresiasi menjadi sekitar 14.200 dari sekitar 14.300 didukung oleh situasi pandemi domestik yang lebih baik, kenaikan harga komoditas yang mendorong surplus perdagangan, dan cadangan devisa yang lebih tinggi.

Namun, dia memandang masih ada risiko untuk sisa 2021 yang dapat memberikan tekanan dan menimbulkan ketidakpastian pada stabilitas ekonomi.

Risiko tersebut di antaranya agenda normalisasi moneter yang lebih cepat dari yang diantisipasi oleh the Fed, kelangkaan kontainer, dan hambatan dalam pengiriman barang di China yang meningkatkan biaya pengiriman dan logistik dan mengganggu rantai pasok global, serta krisis energi global.

“Kami melihat BI harus terus mempertahankan suku bunga kebijakannya di 3,5 persen untuk menjaga stabilitas rupiah dan mendukung pemulihan ekonomi nasional,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini