Bisnis.com, JAKARTA – Penyaluran kredit baru pada kuartal IV/2021 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Kredit modal kerja, diikuti oleh kredit investasi, dan kredit konsumsi diproyeksikan menjadi pengungkit pertumbuhan itu.
Survei perbankan Bank Indonesia (BI) menunjukkan indikasi peningkatan itu tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) prakiraan permintaan kredit baru pada kuartal IV/2021 sebesar 90,9 persen, lebih tinggi dibandingkan 20,9 persen pada kuartal sebelumnya.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan standar penyaluran kredit pada kuartal IV/2021 juga diperkirakan lebih longgar, dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Hal itu terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) sebesar -0,4 persen, atau lebih rendah jika dikomparasikan dengan 2,0 persen pada kuartal sebelumnya.
“Aspek kebijakan penyaluran kredit yang diperkirakan lebih longgar dibandingkan kuartal sebelumnya, antara lain jangka waktu kredit dan biaya persetujuan kredit,” ujarnya dalam keterangan resmi BI, dikutip pada Minggu (24/10/2021).
Hasil survei juga mengindikasikan responden tetap optimistis terhadap pertumbuhan kredit untuk keseluruhan tahun 2021. Responden memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2021 sebesar 5,3 persen secara tahunan (yoy). Optimisme tersebut didorong oleh kondisi moneter dan ekonomi, serta relatif terjaganya risiko penyaluran kredit.
Sementara itu, prioritas utama responden dalam penyaluran kredit baru pada kuartal IV/2021 adalah kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi. Pada jenis kredit konsumsi, penyaluran kredit kepemilikan rumah atau apartemen masih menjadi prioritas utama, diikuti oleh penyaluran kredit multiguna dan kredit kendaraan bermotor (KKB).
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja menuturkan kredit konsumen, khususnya kredit pemilikan rumah atau KPR menjadi sektor paling cepat pulih.
Dia menambahkan bahwa sebelum pandemi Covid-19, ada tiga kelompok pengguna KPR, yakni untuk pembelian rumah, investasi, dan modal kerja. Namun, akibat pandemi, kelompok pengguna investasi dan modal kerja kian terkikis.
“Sesudah Covid-19, kami lihat [KPR] untuk investasi itu hilang dan untuk mengganti kredit modal kerja juga relatif hilang, yang tersisa hanya kebutuhan betul-betul untuk first owner.”
Hingga kuartal III/2021, Bank BCA mencatatkan pertumbuhan total kredit sebesar 4,1 persen yoy menjadi Rp605,9 triliun. Portofolio total kredit dan obligasi juga terkerek 4,5 persen secara tahunan menjadi Rp630,2 triliun.
Pertumbuhan itu didorong oleh membaiknya permintaan dari segmen korporasi dan KPR. Kedua segmen masing-masing mencatatkan kenaikan sebesar 7,1 persen yoy dan 6,5 persen yoy, atau senilai Rp269,9 triliun serta Rp95,1 triliun.
Pada periode yang sama, kredit komersial dan UKM mencatatkan kenaikan 1,5 persen yoy menjadi Rp 185,4 triliun. Sementara itu, KKB turun 7,6 persen yoy menjadi Rp 35,6 triliun, meski koreksinya membaik dari periode sebelumnya.
Saldo outstanding kartu kredit dan lainnya naik 1,2 persen yoy menjadi Rp 13,9 triliun. Secara total, portofolio kredit konsumer juga berhasil membaik dengan kenaikan 2,1 persen yoy menjadi Rp 144,7 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel