Sri Mulyani Ingatkan Inflasi Global, Kadin: Tidak Berisiko untuk RI

Bisnis.com,25 Okt 2021, 22:01 WIB
Penulis: Nyoman Ary Wahyudi
Petugas keamanan mengawasi proses bongkar muat kontainer di Terminal Teluk Lamong, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (19/3)./Antara-Didik Suhartono

Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Shinta W. Kamdani berpendapat lonjakan Inflasi global tidak bakal merambat ke Indonesia.

Shinta menegaskan pelaku usaha dalam negeri tidak perlu khawatir berlebih terkait dengan risiko lonjakan inflasi global tersebut.  

Shinta menerangkan lonjakan inflasi global itu disebabkan karena terganggunya pasokan energi yang diiringi pertumbuhan permintaan di pasar sejumlah negara maju. Adapun tren peningkatan permintaan itu didorong oleh stimulus ekonomi yang ada di negara tersebut. 

“Indonesia tidak memiliki risiko ini. Satu-satunya risiko peningkatan inflasi yg kita miliki adalah peningkatan harga impor bahan baku dan bahan penolong karena imbas disrupsi logistik perdagangan global dan kenaikan harga komoditas menjelang akhir tahun,” kata Shinta melalui pesan tertulis kepada Bisnis, Senin (25/10/2021). 

Namun, Shinta menambahkan kedua hal itu tidak bakal mengancam tingkat inflasi Indonesia di luar batas kewajaran yang masih di bawah rata-rata sebelum pandemi sebesar 1,6 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Padahal, kata dia, rata-rata inflasi sebelum pandemi mencapai 3 persen. 

“Sementara faktor yang bisa menjadi pendorong over demand di pasar domestik tidak banyak, hanya momentum akhir tahun. Jadi kami rasa tidak perlu terlalu khawatir atau paranoid akan berimbas ke Indonesia,” tuturnya. 

Menurut dia, pelaku usaha serta pemerintah hanya perlu menjaga momentum pemulihan ekonomi sembari memastikan kecukupan pasokan dan permintaan di pasar domestik hingga akhir tahun ini. 

“Kami cukup yakin inflasi masih akan terkendali karena fundamental ekonomi kita cukup solid,” tuturnya. 

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewanti-wanti terkait fenomena lonjakan inflasi yang terjadi di dunia. Sri Mulyani mencatat inflasi proyeksi global melonjak dari level 3,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi 4,3 persen (yoy), berdasarkan World Economic Outlook (WEO) Oktober 2021. 

"Ini yang perlu kita waspadai. Global inflation melonjak sangat tinggi dari level di 3,5 [persen], menjadi 4,3 [persen]. Dan ini merupakan suatu tekanan yang harus benar-benar kita antisipasi dan waspadai," tutur Sri Mulyani pada konferensi pers APBN KITA, Senin (25/10/2021).

Menurutnya, kenaikan inflasi banyak dipicu oleh sejumlah faktor seperti harga komoditas, harga pangan, dan disrupsi suplai.

Sementara itu, peningkatan dari permintaan secara agregat (aggregate demand) dinilai turut berkontribusi terhadap kenaikan inflasi global. Di sisi indeks harga komoditas, WEO Oktober 2021, tambah Sri Mulyani, diperkirakan akan tetap tinggi sampai dengan 2022, yaitu di level 152,8 (lebih tinggi dari proyeksi April 2021 yaitu 129,7).

Di dalam negeri, Sri Mulyani turut menyampaikan bahwa harga komoditas unggulan Indonesia dalam tren kenaikan. Misalnya batu bara, gas, minyak mentah, nikel, dan crude palm oil (CPO).

Sementara itu, harga pangan juga ikut naik dan dinilai perlu diwaspadai. "Indeks harga pangan yang harus kita waspadai. Karena kita khawatir nanti akan bisa menjadi pemicu inflasi," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini