Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) berhasil mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 73,9 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp7,7 triliun hingga September 2021.
Pertumbuhan laba itu berasal dari pertumbuhan fee based income dan net interest income, yang masing-masing sebesar 16,8 persen dan 17,6 persen yoy.
Presiden Direktur CSA Institute Aria Santosa mengatakan kondisi keuangan BBNI pada kuartal III/2021 cukup menggembirakan karena mampu meraih laba bersih di atas 70 persen. Dia memperkirakan kinerja ini tetap stabil hingga akhir 2021.
“Kinerja [BBNI] sampai dengan akhir tahun diperkirakan masih stabil dan masih ada ruang untuk apresiasi harga,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (25/10/2021).
Aria pun merekomendasikan Buy on Weakness atau BoW saham BBNI dengan target harga Rp8.500. BoW memiliki arti membeli saham di harga rendah, tetapi memiliki prospek kenaikan kembali dalam jangka pendek.
Pada perdagangan kemarin (25/10), saham BBNI ditutup melemah 1,34 persen ke level 7.350 per saham. Tercatat, jumlah saham yang diperdagangkan mencapai 48,5 juta dengan nilai turnover Rp361,8 miliar.
Sementara itu, BBNI mencatat kinerja penghimpunan dana murah dana murah atau CASA mencapai 69,7 persen dari total dana pihak ketiga (DPK) atau tertinggi dalam 10 tahun terakhir ini.
CASA tercatat tumbuh 8 persen yoy, dari Rp431,3 triliun pada kuartal III/2020 menjadi Rp465,7 triliun pada periode yang sama tahun ini. CASA mendominasi DPK yang juga tumbuh 1,4 persen menjadi menjadi Rp668,55 triliun. Pertumbuhan CASA berdampak pada penghematan beban bunga sebesar 10 basis poin dari kuartal sebelumnya.
Pendapatan Operasional sebelum Pencadangan (PPOP) tumbuh 21,0 persen yoy yang tercapai dengan adanya struktur pendanaan (funding) berbiaya murah, sehingga berkontribusi dalam pemulihan Net Interest Margin (NIM) sebesar 50 basis poin yoy.
Pendapatan Bunga Bersih (NII) meningkat 17,6 persen yoy atau menjadi Rp28,70 triliun. Pertumbuhan NII merupakan efek pendistribusian kredit yang masih tumbuh 3,7 persen yoy ke angka Rp570,64 triliun pada kuartal III/2021.
Perseroan juga mencatatkan pertumbuhan pendapatan non bunga yang kuat sebesar 14,2 persen yoy, yaitu dari Rp8,94 triliun pada kuartal III/2020 menjadi Rp10,21 triliun pada kuartal III/2021.
Pertumbuhan pendapatan non bunga bersumber dari peningkatan kinerja sumber FBI penting perseroan, seperti pemeliharaan kartu debit dan rekening yang tumbuh 5,8 persen yoy menjadi Rp1,92 triliun pada kuartal III/2021.
Pendapatan layanan ATM dan e-channel juga naik 12,4 persen yoy dari Rp1,01 triliun pada kuartal III/2020 menjadi Rp1,14 triliun pada periode yang sama tahun ini.
Demikian juga FBI dari layanan Trade Finance yang meningkat 19,8 persen yoy dari Rp901 miliar menjadi Rp1,08 triliun pada kuartal III/2021. Pendapatan komisi dari Marketable Securities berhasil naik 54,4 persen yoy menjadi Rp1,59 triliun pada kuartal III/2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel