Digitalisasi Tumbuh Optimal: Laba Bersih BNI Q3 Melesat

Bisnis.com,26 Okt 2021, 11:00 WIB
Penulis: Media Digital
Foto: Direktur Utama BNI Royke Tumilaar (kedua kiri) serta (ki-ka) Direktur IT dan Operasi BNI Y.B. Hariantono, Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini, dan Direktur Manajemen Risiko BNI David Pirzada berbincang-bincang mengenai BNI Xpora di sela penyelenggaraan Public Expose BNI Q3 2021 di Jakarta, Senin (25 Oktober 2021). (dok. Bank BNI)

Bisnis.com, JAKARTA -- Kondisi kuartal III/2021 sangat dinamis, di mana terjadi lonjakan kasus positif Covid-19 yang memuncak pada Juli 2021. Kondisi ini juga diikuti dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berdasarkan level, yaitu mulai level 1 sampai 4, tergantung kondisi masing–masing daerah.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyatakan bahwa situasi tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi perbankan termasuk BNI, dengan mempertimbangkan upaya pertumbuhan kinerja dan recovery dari tekanan atas dampak pandemi Covid-19.

“Melalui kesempatan ini, BNI turut mengapresiasi segala upaya pemerintah dan kekompakan seluruh elemen bangsa dalam menahan laju penyebaran Covid-19, sehingga relatif dapat terkendali dan aktivitas perekonomian pun mulai berangsur pulih,” ujarnya saat menyampaikan perkembangan kinerja keuangan BBNI dalam Public Expose Kinerja Kuartal III/2021, di Jakarta, Senin (25/10).

Menurut Royke, pencapaian tersebut merupakan hasil positif dari upaya disiplin manajemen dan seluruh insan BNI yang senantiasa bersinergi mempercepat transformasi digital dan juga menghadapi dampak negatif dari PPKM dalam rangka pengendalian pandemi Covid-19.

Hingga kuartal III/2021, BNI berhasil mencatat pertumbuhan laba bersih 73,9% secara year on year (yoy), yakni dari Rp4,3 triliun pada kuartal III/2020 menjadi Rp7,7 triliun di kuartal III/2021.  Pertumbuhan laba ini utamanya berasal dari pertumbuhan fee based income (FBI) dan net interest income (NII) yang masing-masing sebesar 16,8% dan 17,6% secara yoy.

Royke mengatakan, pencapaian ini juga merupakan hasil dari transformasi digital BNI yang salah satunya untuk penguatan kapabilitas transactional banking. BNI mencatat kinerja penghimpunan dana murah yang sangat sehat di mana komposisi himpunan dana murah (CASA) mencapai 69,7% dari total dana pihak ketiga (DPK), atau tertinggi dalam 10 tahun terakhir.

“CASA tumbuh 8% yoy, yakni dari Rp431,3 triliun di kuartal III/2020 menjadi Rp465,7 triliun pada kuartal III/2021. CASA mendominasi DPK yang juga tumbuh 1,4% yoy dari Rp659,52 triliun di kuartal III/2020 menjadi Rp668,55 triliun kuartal III/2021. Pertumbuhan CASA berdampak pada penghematan beban bunga 10 basis point dari kuartal sebelumnya,” ujarnya.

Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menjelaskan, pendapatan operasional sebelum pencadangan (PPOP) juga tumbuh 21,0% yoy, yang tercapai dengan kuatnya struktur pendanaan (funding) berbiaya murah, di mana berkontribusi dalam recovery net interest margin (NIM) sebesar 50 basis point (yoy).

Pendapatan bunga bersih (NII) meningkat 17,6% yoy, dari Rp24,39 triliun di kuartal III/2020 menjadi Rp28,70 triliun di kuartal III/2021. Pertumbuhan NII merupakan efek pendistribusian kredit BNI yang masih tumbuh 3,7% yoy, yaitu dari Rp550,07 triliun pada kuartal III/2020, menjadi Rp570,64 triliun di kuartal III/2021.

Menurutnya perseroan juga mencatatkan pertumbuhan pendapatan non bunga yang kuat, sebesar 14,2% yoy, yaitu dari Rp8,94 triliun pada kuartal III/2020, menjadi Rp10,21 triliun di kuartal III/2021. Pertumbuhan pendapatan non bunga ini bersumber dari peningkatan kinerja sumber FBI penting perseroan, seperti pemeliharaan kartu debit dan rekening yang tumbuh 5,8% yoy dari Rp1,81 triliun di kuartal III/2020 menjadi Rp1,92 triliun kuartal III/2021.

Kemudian, pendapatan layanan ATM dan e-channel tumbuh 12,4% yoy dari Rp1,01 triliun pada kuartal III/2020, menjadi Rp1,14 triliun di kuartal III/2021. Serta FBI dari layanan trade finance yang meningkat 19,8% yoy dari Rp901 miliar pada kuartal III/2020, menjadi Rp1,08 triliun di kuartal III/2021. Serta, pendapatan komisi dari marketable securities yang tumbuh 54,4% yoy dari Rp1,04 triliun di kuartal III/2020, menjadi Rp1,59 triliun pada kuartal III/2021.

Agenda Transformasi Korporasi

Direktur Manajemen Risiko BNI David Pirzada menyebutkan, pada Kuartal III/2021, BNI terus melanjutkan fokus untuk memperkuat permodalan sehingga BNI memiliki struktur modal yang kuat dalam mendukung ekspansi bisnis.

“Pada September 2021, BNI sukses menerbitkan $600 juta perpetual bond dengan 2,7 kali oversubscribed (di atas jumlah yang ditawarkan) yang dapat dikategorikan sebagai tambahan modal inti utama bagi BNI,” ujarnya.

Penerbitan ini merupakan yang pertama dilakukan perbankan di Indonesia. Dengan adanya penerbitan AT-1 ini, modal inti BNI naik 140 basis point sehingga rasio CAR dan tier 1 BNI per September 2021 meningkat menjadi masing-masing 19,9% dan 17,8%, mendekati rasio bank pesaing lainnya.

Bidik Debitur Top Tier

Selain permodalan semakin kuat, BNI terus melanjutkan fokus pengembangan bisnis korporasi dengan memberikan One Stop Wholesale Banking Solution bagi perusahaan-perusahaan top tier di bidangnya, termasuk pembiayaan rantai pasok dan bisnis konsumer yang menunjukkan tren positif. Selama kuartal III/2021, setidaknya 6 perusahaan top tier telah bergabung, salah satunya Candra Asri.

Pertumbuhan di segmen korporasi BNI juga sudah mulai terlihat di mana pertumbuhan rasio dana murah terhadap pinjaman dan pertumbuhan FBI terhadap total pendapatan dari segmen korporasi juga terus meningkat, hasil upaya BNI meningkatkan kapabilitas layanan investment banking.

Salah satunya yang terkini, BNI sudah dapat memberikan jasa konsultasi bagi perusahaan yang ingin mendapatkan tambahan modal dari penerbitan obligasi global bertipe Reg-S/144A (Regulation S dan Rule 144A securities), yakni global bond yang memungkinkan penerbitnya mendapatkan banyak kemudahan, seperti bebas dari ketentuan terdaftar di Securities Act of 1933 dan dapat diperdagangkan di luar Amerika Serikat.

Bantu UKM Ekspor

Selain perusahaan top tier, David mengatakan, BNI juga memberikan perhatian serius pada penguatan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Selain melalui penyaluran KUR, BNI juga meluncurkan BNI Xpora, yang menawarkan solusi komprehensif bagi UKM yang ingin mengembangkan pasar ke luar negeri.

Melalui BNI Xpora, BNI memberikan konsultasi bisnis, membantu membuka akses pasar global, hingga solusi pembayaran. Meskipun baru diluncurkan di Jakarta, Bandung, Solo, Surabaya, Denpasar, Medan, Makassar, BNI Xpora juga telah mulai memberikan hasil. Pada 3 bulan terakhir, BNI Xpora telah menyalurkan kredit hingga Rp1 triliun kepada UKM ekspor yang bergerak di produk pertanian, perikanan, kayu, kerajinan, dan produk tekstil.

Pada saat yang sama, BNI memperkuat kerjasama dengan pihak ketiga yang memiliki kapasitas ekspor dan melakukan bisnis global. Dukungan juga diperkuat melalui 6 Kantor Cabang Luar Negeri (KCLN) seperti di Singapura, Seoul, Tokyo, Hong Kong, London, dan New York. Kantor cabang membantu UKM ekspor menjangkau potential buyer, baik dengan pameran maupun business matching.

Area Transformasi Digital

Direktur IT dan Operasi BNI YB Hariantono menambahkan, transformasi digital yang dilakukan BNI akan terfokus pada tiga area. Pertama, mendigitalisasi platform bisnis perusahaan. Kedua, pengembangan produk–produk digital. Ketiga, memperkuat ekosistem digital dengan API Open Banking, di mana saat ini BNI unggul dalam pengembangan hal tersebut, dengan lebih dari 283 jenis layanan, dan sudah digunakan lebih dari 4.000 klien.

Penguatan kapabilitas digital juga dilakukan dengan cara kolaborasi dengan partners, diantaranya melalui kerjasama di bisnis pay later dengan Traveloka dan Shopee, di mana BNI menjadi early adopter layanan ini di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Media Digital
Terkini