Ditawarkan Dengan Kupon 4,80 Persen, ST008 Masih Menarik?

Bisnis.com,31 Okt 2021, 18:48 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika
Nasabah sedang melakukan transaksi pembelian Sukuk Ritel SR013 melalui kantor cabang BNI Syariah, Jumat (28/8). /bnisyariah

Bisnis.com, JAKARTA — Jumlah penjualan sukuk tabungan (ST) ST008 diprediksi tidak akan setinggi Surat Berharga Negara (SBN) Ritel lainnya pada tahun ini.

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan ketertarikan investor ritel terhadap ST008 diyakini tetap terjaga. Meski demikian, minat tersebut tidak akan sebesar pada penawaran jenis sukuk ritel ataupun obligasi ritel.

Satu faktor utama yang menyebabkan terbatasnya minat investor adalah sifat sukuk tabungan yang tidak likuid. Hal ini karena sukuk tabungan tidak dapat diperdagangkan atau non-tradeable dan hanya bisa dicairkan sebesar 50 persen pada tahun ke-2.

“Minatnya tidak akan sebesar SBN Ritel yang ditawarkan sebelumnya. Melihat sifat ST008, investor yang membeli adalah mereka yang uangnya tidak digunakan dan siap diinvestasikan selama 2 tahun,” jelasnya saat dihubungi pekan ini.

Adapun, ia memprediksi jumlah penjualan ST008 akan berada di kisaran Rp5 triliun.

Hal serupa diungkapkan oleh Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto. Dia mengatakan jumlah penjualan ST008 diprediksi tidak akan sebesar jenis sukuk ritel ataupun obligasi ritel karena sifat sukuk tabungan yang non tradeable.

“Target pembiayaan utang pemerintah dari SBN Ritel juga semakin sedikit karena sudah akhir tahun. Kemungkinan ST008 dapat terjual sebesar Rp10 triliun,” katanya.

Di sisi lain, Ramdhan menuturkan kupon 4,8 persen pada ST008 juga menjadikannya instrumen yang lebih menarik dibandingkan dengan deposito. Para investor ritel juga masih mencari instrumen yang menawarkan return yang atraktif.

Minat investor ritel juga didukung oleh likuiditas pada pasar domestik yang masih cukup melimpah. Menurut Ramdhan, hal ini akan membuat daya serap masyarakat terhadap ST008 cukup tinggi meski dibayangi tren kenaikan suku bunga global dan isu tapering The Fed.

Lebih lanjut, minat investor ritel ditopang oleh insentif pajak penghasilan (PPh) bunga obligasi yang baru saja diturunkan. Ramdhan mengatakan, dengan penurunan PPh bunga obligasi menjadi 10 persen, return yang didapatkan investor juga akan kian besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Muhammad Khadafi
Terkini