Indonesia-Inggris Perkuat Kerja Sama di Bidang Ekonomi Rendah Karbon

Bisnis.com,01 Nov 2021, 10:33 WIB
Penulis: Dany Saputra
Menteri PPN/ Kepala Bappenas Suharso Monoarfa (ketiga dari kanan) bertemu dengan Menteri Pasifik dan Lingkungan Hidup Inggris Lord Zac Goldsmith (ketiga dari kiri) dalam rangka membahas komitmen indonesia dalam implementasi ekonomi hijau di London, Inggris, Jumat (29/10/2021).

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa kembali menegaskan komitmen Indonesia untuk implementasi ekonomi hijau.

Komitmen tersebut disampaikan dalam pertemuan bersama Menteri Pasifik dan Lingkungan Hidup Inggris Lord Zac Goldsmith, Jumat (29/10/2021).

Menurut Suharso, komitmen Indonesia dalam ekonomi hijau akan dijalankan dengan menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan, melalui program Low Carbon Development Initiative atau Pembangunan Rendah Karbon (PRK).

Program itu juga didorong melalui kerja sama antara Indonesia-Inggris, dan saat ini tengah memasuki fase transisi ke tahap kedua. Fase tersebut akan dimulai pada 2022 hingga 2025, dengan target yang lebih strategis dan berdampak secara jangka panjang.

"Kolaborasi pemerintah Indonesia dan Inggris telah memberikan landasan yang kokoh bagi Indonesia untuk bergerak menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan melalui berbagai studi kebijakan, seperti food loss and waste, carbon tax, carbon pricing, efisiensi energi, serta keterkaitan antara keanekaragaman hayati dan perubahan iklim," tutur Suharso di London seperti yang dikutip Bisnis dari siaran resmi, Minggu (31/10/2021).

Sebelumnya di 2019, Kementerian PPN/Bappenas bersama konsorsium penelitian dan mitra pembangunan telah mengembangkan laporan "Perubahan Paradigma Menuju Perekonomian Hijau di Indonesia". Laporan itu menghasilkan temuan kunci: pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan dapat menghasilkan tingkat pertumbuhan PDB rata-rata 6 persen per tahun, hingga strategi penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 43 persen pada 2030.

Bappenas lalu mengintegrasikan temuan tersebut ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, salah satunya dengan menjadikan pengurangan emisi gas rumah kaca sebagai indikator pembangunan ekonomi makro.

Pada tahun ini, bersama UK-Foreign, Commonwealth & Development Office dan didukung New Climate Economy serta World Resources Institute, Bappenas menyusun laporan "Ekonomi Hijau untuk Menuju Net-Zero Emissions di Masa Mendatang". Laporan ini membahas tema Build Back Better, atau komitmen untuk bangkit dari pandemi Covid-19 serta menuju ekonomi hijau dan untuk mencapai net-zero emissions paling lambat pada 2060.

"Berdasarkan Laporan Ekonomi Hijau yang Bappenas terbitkan bulan ini, skenario Net-Zero akan membawa manfaat tambahan dalam hal ekonomi, sosial, dan lingkungan, sebagai upaya yang tidak terpisahkan dari langkah-langkah pemulihan Covid-19, sekaligus berkontribusi dalam menjaga suhu global di bawah 1,5 derajat Celsius yang turut menjadi tujuan bersama Indonesia-Inggris,” pungkas Suharso.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini