Bisnis.com, JAKARTA- PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) pada kuartal III/2021 mencatatkan aset senilai Rp7,21 triliun atau naik sebesar 35,78% dari Rp5,3 triliun per 31 Desember 2020.
Ekuitas perseroan per September 2021 tercatat naik sebesar 2,20% menjadi Rp1,39 triliun dari Rp1,36 triliun pada 2020. Peningkatan aset dan ekuitas ini seiring dengan program transformasi Bank Banten yang berbasis digital, kualitas pelayanan nasabah serta mengimplementasikan praktik tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG) untuk menopang manajemen membalikkan kinerja (turnaround management) guna memulihkan kinerja bisnis perseroan pada masa mendatang.
Bank Banten menginisiasi transformasi dan ekspansi bisinis sejak semester I/2021 seiring dengan rencana bisnis perseroan dan pencabutan status Bank Banten pada Bank Dalam Pengawasan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Mei 2021. Hal ini memacu perseroan untuk meningkatkan kinerja bisnis, meningkatkan kepercayaan kepada nasabah serta calon nasabah, serta mengedepankan prinsip GCG di seluruh aspek operasional bisnis.
Pasca pencanangan transformasi, Bank Banten menorehkan kinerja positif yang tecermin dari indikator, antara lain deposito nasabah pada September tahun ini senilai Rp2,06 triliun, lebih tinggi dari Rp1,8 triliun pada April 2021.
Direktur Utama Bank Banten, Agus Syabarrudin, mengatakan kinerja Bank Banten hingga September 2021 masih cukup menggembirakan walau masih membukukan kerugian. “Mengingat, kami baru mulai melakukan ekspansi per Juni 2021, satu bulan pasca pencabutan status Bank Dalam Pengawasan Khusus (BDPK) oleh OJK. Kami kini terus menerus melakukan pendekatan kepada nasabah agar dapat menumbuhkan kembali kepercayaan kepada Bank Banten,” ungkap Agus dikutip dari siaran pers, Selasa (2/11/2021).
Baru-baru ini, siyalemen positif ditunjukkan Bank Banten lantaran penyerapan saham BEKS pada Penawaran Umum Terbatas VII (PUT VII) melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue mencapai Rp 618 miliar. Nilai ini melampaui target yang diproyeksikan di dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) Bank Banten, yakni sebesar Rp 600 miliar.
Perolehan dana publik pada PUT VII naik 92,8% dibanding perolehan dana pada PUT VI di awal tahun 2021. “Raihan Ini membuktikan peningkatan pendanaan dari investor itu merupakan bentuk nyata kepercayaan publik terhadap Bank Banten untuk terus memacu kinerja perseroan agar dapat meraih laba dan memberikan dampak terhadap pembangunan ekonomi Banten,” tutur Agus yang menjabat Dirut sejak Maret lalu.
Kendati mencapai target pada PUT VII itu, Bank Banten berkomitmen membenahi berbagai aspek internal untuk membenahi serta memulihkan kinerja keuangan di masa mendatang. ”Termasuk pembebanan biaya yang ditunda dan menjadi beban operasional tahun ini. Sehingga manajemen akan terus melakukan perhitungan secara ketat dan akurat mengenai amortisasi biaya sehingga tidak mengganggu pemupukan pendapatan operasional perusahaan,” jelas Agus.
Rencananya, dana hasil PUT VII ini akan digunakan sebesar 65% untuk ekspansi kredit dan 35% untuk penguatan struktur keuangan/pengembangan teknologi. Terkait dengan penyaluran kredit, bulan depan kami sudah siap mencairkan kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) senilai Rp400 miliar untuk menyokong program pembangunan untuk pertumbuhan ekonomi dan pemulihan ekonomi di Banten.
“Selain itu kondisi likuiditas kami yang cukup likuid saat ini, kami pun sudah menawarkan kepada BPD-BPD untuk kerjasama asset buy dan dalam waktu dekat akan segera ditindaklanjuti oleh Bank Banten,” pungkas Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel