Produksi Kopi Brasil Turun, Indonesia Bisa Petik Peluang

Bisnis.com,04 Nov 2021, 17:03 WIB
Penulis: Iim Fathimah Timorria
Kopi Lampung./Antara-Ruth Intan Sozometa Kanafi

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan kopi produksi Indonesia memiliki peluang pasar yang besar, seiring dengan masalah produksi di negara produsen lain. Namun, kopi Indonesia masih dihadapkan pada tantangan produktivitas yang rendah.

Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Kementerian Pertanian (Kementan) Heru Tri Widarto menyebutkan bahwa produktivitas tahunan kopi Indonesia masih berkisar 800 kilogram per hektare. Sementara itu, produsen lain seperti Vietnam telah mencapai produktivitas 2,3 ton per hektare.

Secara global kita masih di peringkat 4. Kalah dari Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Ini jadi tantangan bagi kita semua untuk terus mengembangkan kopi,” kata Heru saat memberi sambutan secara virtual di peringatan 50 tahun PT Nestle Indonesia, Kamis (4/11/2021).

Dia lantas menyoroti peran Kabupaten Tanggamus yang merupakan sentra produksi kopi robusta di Lampung. Provinsi Lampung sendiri masuk dalam segi tiga emas wilayah penghasil kopi, selain Bengkulu dan Sumatra Selatan.

Tentu peluangnya masih cukup besar, terutama tahun ini di mana Brasil mengalami masalah pada kopinya. Ini merupakan sebuah kesempatan bagi Indonesia, terutama Lampung yang merupakan salah satu wilayah pengembangan kopi,” tambahnya.

Mengutip Bloomberg, Brasil sebagai produsen terbesar kopi memang menghadapi penurunan produksi signifikan, imbas dari kekeringan dan cuaca dingin pada pertengahan tahun.

Produksi kopi arabika Brasil diperkirakan hanya mencapai 30,7 juta kantong tahun ini, dibandingkan dengan produksi 2020 yang mencapai 48,8 juta ton. Situasi ini menyebabkan para importir beralih ke kopi robusta.

Bupati Tanggamus Dewi Handajani menjelaskan bahwa luas area perkebunan kopi di wilayahnya mencapai 42.173 hektare. Perkebunan kopi mendominasi area perkebunan yang menyentuh 82.878 hektare.

Produksi tahunan total Tanggamus berkisar 34.000 sampai 35.000 ton. Kami berharap dengan fasilitas dan pengembangan yang baik, produktivitas kopi Tanggamus bisa lebih baik,” katanya.

Dewi mengatakan, pola penjualan kopi di Tanggamus setidaknya mencakup penjualan melalui pengepul dan eksportir, pola kemitraan di mana penyerapan dilakukan oleh perusahaan, dan proses pengolahan secara mandiri oleh kelompok tani dan UKM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Lili Sunardi
Terkini