Inklusi Keuangan : Bukan Lagi Suatu Rintangan  

Bisnis.com,05 Nov 2021, 16:18 WIB
Penulis: Thomas Mola
ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Davian Omas, Managing Director, Oracle Indonesia menyatakan bahwa permintaan untuk layanan perbankan digital di Asia semakin besar karena saat ini para regulator berupaya meningkatkan alokasi lisensi bagi pemain baru untuk menggiatkan perekonomian.

Salah satu contohnya ManagePay Systems Berhad (MPay), penyedia commerce fintech campuran terkemuka dari Malaysia, yang memanfaatkan teknologi cloud untuk memberikan pengalaman yang sederhana, tepercaya, dan aman kepada pelanggannya.

Menurutnya, meskipun merupakan layanan pembayaran yang terkenal, MPay juga memiliki beberapa operasi terkait dalam menyediakan end-to-end ekosistem digital yang lengkap bagi usaha kecil masyarakat Malaysia untuk membawa produknya ke pasar.

Seperti diantaranya yakni BuyMalaysia.com, platform perdagangan digital komprehensif yang memfasilitasi penjualan usaha mikro, kecil & menengah (UMKM) lokal, dari awal hingga ekspor.

"Berbicara yang lebih dekat dengan kita, Indonesia merupakan salah satu ekonomi digital dengan pertumbuhan tercepat  di Asia Tenggara, dan percepatan adopsi layanan berkemampuan internet selama pandemi telah semakin mempercepat pertumbuhan ekonomi digital di negara ini," ujarnya

Oracle's Money & Machines: 2021 Global Study menemukan bahwa 72 persen responden secara global merasa bahwa peristiwa tahun 2020 telah mengubah cara mereka dalam menangani keuangan khususnya uang fisik, dan 33 persen menyatakan bahwa uang tunai saat ini telah menjadi pemecah kesepakatan dalam melakukan bisnis.

Tren ini dikaitkan dengan kesediaan konsumen yang lebih tertarik untuk bereksperimen dengan layanan non-tunai baru dan diperkirakan akan tumbuh lebih jauh lagi setelah pandemi. Hal ini juga diperkuat dengan ketakutan masyarakat terkait dengan menyentuh uang tunai dalam bertransaksi.

Inklusi Keuangan untuk yang Tidak Memiliki Rekening Bank 

Menurutnya, banyak bank yang sebenarnya telah mencari masa depannya dengan melakukan digitalisasi, akan tetapi banyak yang kesulitan untuk beradaptasi. Saat ini, dengan cloud dan teknologi baru yang bermunculan seperti kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (ML) yang semakin diadopsi, banyak yang terbantu dan teknologi ini telah berhasil dimanfaatkan.

AI dan ML digunakan untuk menciptakan nilai pelanggan yang unggul dan menawarkan pengalaman tanpa batas yang dapat menarik pelanggan generasi baru. Bahkan sebelum pandemi datang, penyedia perbankan digital sudah melakukan pembayaran lebih cepat, lebih murah, lebih transparan dan dapat diandalkan serta mendorong manfaat lainnya bagi konsumen akhir, seperti menyediakan inklusi keuangan untuk yang tidak memiliki rekening bank.

"Upaya tersebut telah menjangkau masyarakat yang sebelumnya belum tersentuh layanan perbankan, namun dampaknya tidak berhenti sampai di situ. Sebagai akibat dari pandemi yang telah mempercepat adopsi digital, bahkan pelanggan asli yang non-digital telah merangkul kenyamanan perbankan digital," ujarnya.

Survei yang dilakukan oleh Majalah FinTech pada tahun 2020 bertajuk ‘What 2020 teaching us about digital banking and engagement’ (Apa yang telah diajarkan 2020 kepada kita dalam digital dan keterikatan bank)  mengungkapkan sebanyak 35 persen nasabah yang disurvei mengadopsi online banking sejak awal pandemic.

Dan dengan adanya ekosistem yang semakin terbuka dan kolaboratif, pelanggan – bahkan pelanggan setia – dapat beralih jika bank lain menawarkan pengalaman pelanggan digital yang superior.

Membangun Koneksi Manusia Secara Digital

Secara tradisional, hubungan antara pelanggan dan penyedia perbankan didasarkan pada kontak tatap muka yang teratur. Tanpa sentuhan manusia seperti itu, penyedia fintech harus menemukan cara lain untuk memahami perilaku pelanggan secara digital dan membangun kepercayaan dalam hubungan tersebut.

Banyak yang memanfaatkan AI untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas dan mendalam tentang perilaku pelanggan dan membuat pengalaman yang dipersonalisasi yang dapat membuat pengalaman perbankan lebih mudah dan lebih mengerti konsumen.

Mengamankan Informasi Rahasia

Keamanan tentu menjadi hal utama dalam hal perbankan digital. Para pemimpin TI di bank menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya karena teknologi ini pula yang mendorong penyerang dunia maya menjadi lebih agresif. Dengan perbankan digital yang dapat mengakses sistem keuangan yang melebihi sistem keamanan berlapis bank, hal ini pula yang dapat meningkatkan celah bagi penyerang dunia maya.

"Bagi bank, menangkis serangan siber yang semakin meningkat serta menanggapi meningkatnya beban privasi data dan lingkungan peraturan yang tidak pasti adalah lebih besar daripada sekadar keamanan dan kepatuhan. Pelanggaran privasi atau keamanan juga berarti kehilangan reputasi merek dan niat baik yang berharga para bank dan bisa sangat sulit untuk dibangun kembali. Jadi apa yang bisa dilakukan bank dalam menghadapi masalah ini?," ujarnya.

Cloud adalah bagian dari jawabannya.

Oracle dan KPMG Cloud Threat Report 2020 tahunan ketiga mengungkapkan bahwa 75 persen profesional TI memandang cloud publik lebih aman daripada pusat data mereka sendiri

Selain itu, penyedia perbankan digital dapat memanfaatkan cloud publik dalam beberapa kasus untuk mengurangi kompleksitas infrastruktur dan meningkatkan keamanan secara bersamaan memungkinkan tim TI untuk memfokuskan keahlian mereka pada tugas-tugas yang bernilai lebih tinggi.

Menyatukan Semuanya Dengan Cloud

Dengan meningkatnya ekspektasi konsumen dan risiko serangan siber yang terus berlanjut di luar pandemi, layanan cloud, termasuk AI, dengan potensi yang belum dimanfaatkan untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dan melindungi data sensitif pelanggan, akan menjadi kunci masa depan perbankan digital.

Memadukan teknologi dengan semangat inovatif para pemain fintech akan membantu industri menjadi lebih siap untuk memenuhi kebutuhan konsumen saat ini dan membuat hal-hal seperti yang tidak memiliki rekening bank menjadi masa lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Puput Ady Sukarno
Terkini