Tapering Berdampak Terbatas, Segini Perkiraan Yield SUN di Akhir Tahun

Bisnis.com,05 Nov 2021, 08:08 WIB
Penulis: Ika Fatma Ramadhansari
ilustrasi obligasi

Bisnis.com, JAKARTA – Analis mengungkapkan bahwa para investor telah mengantisipasi rencana tapering oleh The Fed sehingga dampaknya akan terbatas untuk Surat Utang Negara (SUN) sehingga pergerakan imbal hasil akan lebih stabil. 

Director & Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Aset Manajemen Ezra Nazula mengungkapkan bahwa selama tidak ada kejutan dari hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) maka pasar SUN akan tetap suportif. 

“Kami melihat investor telah price-in tapering oleh The Fed, sehingga pergerakan yield lebih stabil,” ungkap Ezra kepada Bisnis, Kamis (4/11/2021). 

Apalagi ungkap Ezra dengan perubahan dinamisme pasar di mana investor lokal yang lebih mendominasi pasar obligasi Indonesia. 

Selain itu juga likuiditas dalam negeri yang saat ini tinggi dan suplai obligasi yang relatif minim hingga akhir tahun maka imbal hasil atau yield SUN bertenor 10 tahun akan bisa turun di bawah level 6 persen. 

“Maka kami perkirakan yield SUN bertenor 10 tahun bisa tembut 6 persen dan turun ke 5,5 persen - 5,75 persen,” paparnya. 

Berdasarkan data laman World Government Bonds,  mencatatkan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara Indonesia seri acuan 10 tahun berada pada kisaran 6,31 persen. Adapun dalam satu bulan terakhir, pergerakan yield SUN Indonesia terpantau menguat dengan turun 10,5 basis poin. 

Sementara itu, Vice President of Economist Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan bahwa meski tapering cenderung berdampak terbatas di pasar SUN tetapi masih ada potensi peningkatan yield US Treasury akibat sentimen tapering ataupun inflasi di AS. 

“Meskipun cenderung berdampak terbatas, kami perkirakan hingga akhir tahun obligasi benchmark 10-tahun diperkirakan bergerak di kisaran 6,2 persen - 6,4 persen,” ungkap Josua, Rabu (3/11/2021). 

Sementara untuk faktor upside atau faktor pendukung pergerakan yield SBN sendiri papar Josua antara lain adalah solidnya indikator makroekonomi dan stabilitas keuangan karena fundamental ekonomi Indonesia yang berdaya tahan.

Selain itu lanjutnya hingga akhir tahun risiko suplai SBN/SBSN juga berkurang, serta kebijakan burden sharing SKB III antara pemerintah dan Bank Indonesia (BI) turut mendukung stabilitas pasar SBN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini