Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai alasan bank kecil belum mendapatkan investor, lantaran ego para pemegang saham (shareholders) yang masih tinggi.
Bhima mengatakan alasan internal seperti itulah yang kemudian menyulitkan proses untuk meningkatkan modal inti bank-bank kecil.
“Apalagi investor yang sekarang lagi agresif itu adalah investor asing, baik digital maupun perbankan yang gencar melakukan akuisisi. Jadi, ego di pemegang saham yang menyulitkan proses untuk meningkatkan modal inti,” kata Bhima kepada Bisnis, Jumat (5/11/2021).
Terlebih, di era sekarang didominasi oleh sisi digitalisasi. Artinya, nasabah ingin mendapatkan pelayanan dengan cara digitalisasi tanpa harus mendatangi kantor cabang.
Sementara, Bhima menilai bahwa pelayanan digitalisasi seperti ini akan memakan biaya investasi yang mahal. Tentu, ini akan membuat bank-bank kecil semakin kesulitan untuk bisa beradu saing dengan bank-bank besar.
“Makanya bank-bank kecil kesulitan untuk bisa berkompetisi di iklim persaingan perbankan yang berbeda, khususnya pasca pandemi,” imbuhnya.
Kemudian, adanya tren penutupan kantor cabang yang dilakukan bank-bank besar yang juga tidak bisa dilakukan oleh bank-bank kecil. Melihat hal itu, Bhima menjelaskan adanya beberapa kriteria bank kecil untuk bisa mendapatkan investor.
Pertama, biaya operasional terhadap pendapatan operasional efisien atau memiliki BOPO yang rendah. Kedua, memiliki manajemen risiko yang bagus. Dengan memiliki manajemen risiko yang bagus, maka bank kecil bisa mengendalikan portofolio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL).
Ketiga, memiliki budaya kerja yang bagus. Keempat, adanya kemauan untuk melakukan digitalisasi. “Berikutnya terkait dengan manajerial, termasuk juga bagaimana pengawasan dari pemegang saham. Itu yang akan jadi kriteria,” sambungnya.
Umumnya, kata Bhima, bank kecil juga harus memiliki segmentasi produk yang menarik. Misalnya, bank kecil bermain di sektor usaha mikro atau UMKM. Kemudian, relatif bagus hubungan terhadap nasabah dan memiliki risiko kredit yang kecil.
“Ini pasti bagus nih, banyak bank-bank besar yang mau mengakuisisi bank-bank kecil karena mereka mau masuk ke segmen UMKM atau mikro. Daripada dia main dari baru, bentuk tim di internal banknya mahal, lebih baik akuisisi bank-bank kecil,” ujarnya.
Sementara, dari kacamata investor, bank-bank kecil dinilai menarik apabila memiliki potensi pertumbuhan yang cukup cepat dan relatif agile.
Menurut Bhima, investor biasanya ingin mengakuisisi bank kecil untuk melengkapi unit bisnis ataupun melengkapi ekosistem digital. Jika melihat tren sekarang, lanjut Bhima, aksi konglomerasi akuisisi dan membeli saham-saham bank kecil tersebut yang kemudian berpotensi mengubah menjadi bank digital.
“Karena potensi penyaluran pinjaman online-nya besar, ataupun untuk masuk ke fee based income, yaitu dengan cara, misalnya, penawaran produk reksa dana, produk asuransi pasar saham melewati aplikasi bank digital. Jadi, itulah yang sebenarnya investor mau ke sana,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel