Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) akan melakukan penambahan modal dengan menyelenggarakan Penawaran Umum terbatas (PUT) III atau rights issue dalam waktu dekat.
Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu menjelaskan, aksi penambahan modal perseroan sedang dalam proses ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Lebih lanjut, Daniel menargetkan dapat mengantongi pernyataan efektif rights issue pada pertengahan November 2021.
“Sedang proses ke OJK dan diharapkan mid of November sudah dapat tanggal efektifnya, sehingga awal Desember sudah bisa collect funds-nya,” kata Daniel ketika dihubungi Bisnis, Selasa (9/11/2021).
BINA akan menawarkan sebanyak 282.718.750 saham biasa dengan nominal Rp100 per saham. Jumlah saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum Terbatas (PUT) III ini sebanyak-banyaknya 4,76 persen dari jumlah seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh setelah rights issue.
Adapun, harga pelaksanaan rights issue BINA berkisar Rp4.200 hingga Rp4.380 per saham, sehingga dana segar yang berpotensi diraup perseroan mencapai Rp1,23 triliun.
Lantas, bagaimana kinerja PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) di kuartal III/2021?
Berdasarkan laporan keuangan publikasi kuartal III/2021, Bank Ina membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp29,23 miliar per September 2021. Laba Bank Ina naik 213 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari laba periode yang sama tahun lalu senilai Rp9,34 miliar.
Pertumbuhan laba ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga sebesar 74 persen yoy atau Rp847,42 miliar. Sementara, beban bunga meningkat menjadi 87 persen yoy atau Rp671,69 miliar pada kuartal III tahun ini.
Dari sana, pendapatan bunga bersih naik 38 persen yoy menjadi Rp175,72 miliar. Bank Ina mencatat kredit yang diberikan sebesar Rp2,91 triliun per 30 September 2021, dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp2,93 triliun.
Demikian pula pada penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh sebesar 36 persen ytd menjadi Rp9,630 triliun. Pertumbuhan tersebut berasal dari dana murah berupa giro dan tabungan (CASA) yang tumbuh sebesar 2 persen ytd, dari Rp2,732 triliun menjadi Rp2,793 triliun.
Adapun, total aset Bank Ina naik sebesar 41 persen ytd. Total aset BINA per 31 Desember 2020 sebesar Rp8,437 triliun naik menjadi Rp11,889 triliun per 30 September 2021.
Selain itu, Bank Ina juga tercatat mendapatkan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang naik di level 3,11 persen secara gross dan 1,45 persen secara net pada 30 September 2021. Untuk NIM dan BOPO, BINA menekan rasio masing-masing sebesar 2,37 persen dan 92,80 persen pada 30 September 2021.
Adapun, rasio pengembalian aset (return on asset/ROA) naik menjadi 0,49 persen dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya, yakni 0,33 persen. Sementara itu, rasio ROE mencapai 3,40 persen, atau naik dari periode yang sama pada tahun lalu, yakni 1,10 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel