Kondisi Makro Menantang, Laba UOB Group Naik 37 Persen sepanjang 9 Bulan 2021

Bisnis.com,09 Nov 2021, 19:27 WIB
Penulis: Dionisio Damara
UOB Plaza di Singapura/Reuters-Edgar Su

Bisnis.com, JAKARTA – UOB Group membukukan pertumbuhan laba bersih pada kuartal III/2021 sebesar empat persen secara kuartalan (quarter on quarter/QoQ) menjadi S$1,05 miliar di tengah perlambatan pemulihan ekonomi Asia Tenggara.

UOB juga melaporkan bahwa sepanjang sembilan bulan pertama 2021 (year-to-date/ytd), perusahaan membukukan kenaikan laba bersih sebesar 37 persen menjadi S$3,06 miliar.

Wee Ee Cheong, Deputy Chairman and Chief Executive Officer UOB, mengatakan pihaknya telah membangun momentum pertumbuhan pada 2021 untuk mencatatkan laba bersih yang lebih tinggi pada kuartal III/2021.

“Hal ini terjadi di tengah kondisi makro yang menantang dengan adanya disrupsi pada rantai pasokan global, perekonomian China yang melambat, serta pandemi Covid-19 yang muncul kembali di seluruh kawasan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (9/11/2021).

Menurutnya, di tengah ketidakpastian jangka pendek ini, pembukaan kembali sejumlah negara secara bertahap menjadi pertanda baik bagi arus bisnis. UOB juga tetap positif terhadap penguatan aktivitas di sepanjang koridor perdagangan China – Asean.

“Fundamental kami yang kuat memungkinkan kami terus berinvestasi untuk memperdalam kemampuan dalam konektivitas, inovasi digital, serta keberlanjutan pada aspek-aspek yang akan mendorong pertumbuhan di Asia selama beberapa dekade mendatang,” tutur Wee.

Pendapatan bunga bersih meningkat 4 persen ytd dari tahun lalu menjadi S$4,71 miliar. Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan pinjaman sebesar 9 persen serta margin bunga bersih yang secara umum tetap stabil.

Pendapatan biaya dan komisi bersih naik 24 persen ke level tertinggi, yakni S$1,82 miliar. Biaya manajemen kekayaan meningkat 22 persen dan mencetak rekor sebesar S$639 juta berkat kembalinya kepercayaan investor.

Biaya terkait pinjaman juga mencapai rekor tertinggi sebesar S$528 juta, tumbuh 33 persen secara tahunan (yoy), dengan didorong oleh pertumbuhan perdagangan dan investasi.

Pendapatan treasury terkait nasabah naik 8 persen sementara pendapatan nonbunga turun 12 persen menjadi S$822 juta karena pendapatan perdagangan non-nasabah lebih rendah.

Total biaya operasional meningkat 3 persen menjadi S$3,22 miliar. Biaya staf tumbuh seiring dengan pendapatan, diimbangi biaya diskresioner yang lebih rendah. Rasio biaya terhadap pendapatan meningkat dari 45,3 persen menjadi 43,8 persen.

Adapun, total cadangan kerugian penurunan nilai kredit/aset keuangan turun 53 persen dari tahun lalu menjadi S$546 juta. Sementara itu, total biaya kredit untuk pinjaman turun dari 57 basis poin menjadi 23 basis poin.

Kualitas aset tetap kuat dengan rasio kredit macet (NPL) stabil di level 1,5 persen. Total biaya kredit tetap berada dalam posisi 20 bps.

Cakupan cadangan kerugian penurunan nilai kredit atau aset keuangan tetap kuat dengan cakupan aset bermasalah (NPA) sebesar 106 persen atau 265 persen setelah memperhitungkan agunan.

Cadangan kerugian penurunan nilai kredit atau aset keuangan umum, termasuk cadangan penyisihan kerugian peraturan (RLAR), secara hati-hati dipertahankan pada 1,0 persen dari pinjaman berkinerja, memungkinkan UOB untuk mengatasi berbagai hasil ekonomi makro.

Posisi likuiditas dan pendanaan UOB Group tetap kuat dengan rata-rata rasio cakupan likuiditas semua mata uang (LCR) kuartal ini sebesar 138 persen dan rasio pendanaan stabil bersih (NSFR) sebesar 125 persen, jauh di atas persyaratan peraturan minimum. Rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) tetap sehat di posisi 85,1 persen.

Sementara rasio CET1 turun menjadi 13,5 persen. Sebagian besar karena pertumbuhan aset yang kuat. Adapun, dividen interim 2021, UOB Group tetap dalam posisi yang baik untuk terus mendukung nasabah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini