Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Permata Tbk. (BNLI) pada kuartal III/2021 membukukan pertumbuhan aset sebesar 31 persen secara tahunan menjadi Rp219 triliun. Capaian ini membuat perseroan bertahan di jajaran 10 bank komersial di Indonesia berdasarkan total aset.
Direktur Keuangan PermataBank, Lea Kusumawijaya mengatakan pertumbuhan itu utamanya didukung oleh customer deposit. Selain itu, kinerja solid juga tercermin dari pertumbuhan jumlah kredit mencapai Rp124,2 triliun atau naik 20,7 persen secara tahunan (yoy).
“Ini sebenarnya berada pada peringkat tujuh terbesar dari 10 top perbankan dari segi total aset,” ujarnya dalam konferensi pers secara daring, Rabu (10/11/2021).
Angka tersebut juga naik cukup signifikan dibandingkan dengan Desember 2020 yang mencapai Rp118,1 triliun. Peningkatan ini juga didorong oleh pertumbuhan kredit korporasi sebesar 45 persen yoy dan pertumbuhan KPR sebesar 23 persen yoy.
Selain itu, kata Lea, pertumbuhan tersebut juga didorong oleh sejumlah faktor. Salah satunya dampak dari integrasi dengan Bangkok Bank yang telah diselesaikan pada Desember 2020.
Dari sisi pendanaan, simpanan nasabah bertumbuh sebesar 23 persen yoy terutama dikontribusikan oleh pertumbuhan tabungan dan giro sebesar 28 persen.
Kenaikan ini sejalan dengan strategi perseroan untuk memfokuskan pertumbuhan simpanan nasabah dengan biaya dana lebih murah untuk mendukung penyaluran kredit dengan suku bunga yang lebih bersaing dalam jangka panjang.
Sementara itu, rasio dana murah (CASA) turut mengalami peningkatan menjadi 53 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi Desember 2020 sebesar 51 persen.
PermataBank membukukan pendapatan operasional sebesar Rp7,5 triliun atau tumbuh 17 persen yoy dan laba operasional sebelum pencadangan tumbuh sebesar 28 persen yoy menjadi Rp3,5 triliun.
Pertumbuhan pendapatan operasional dikontribusikan oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 28 persen. Hal ini mencerminkan pengelolaan dana, baik simpanan nasabah maupun dana setoran modal dari pemegang saham, secara optimal.
Lea menyampaikan bahwa kredit perseroan masih terjaga dengan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross dan net masing-masing 3,3 persen dan 0,9 persen. Lebih baik dibandingkan tahun lalu dengan masing-masing rasio sebesar 3,8 persen dan 1,5 persen.
Secara pruden perseroan membukukan pencadangan kerugian kredit untuk mengantisipasi potensi kerugian kredit yang dapat terjadi sebagai akibat pandemi.
“Rasio NPL coverage dapat dipertahankan di atas 200 persen sebesar 217 persen, naik 2 kali lipat dibandingkan rasio September 2020 sebesar 118 persen,” ungkapnya.
Adapun, rasio permodalan perseroan menjadi yang terkuat di antara 10 besar bank komersial di Indonesia, dengan rasio CAR dan CET-1 masing-masing 34 persen dan 26 persen. Ini menjadi key enabler bagi perseroan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel