Teknologi Percepat Pengembangan Industri Pengelolaan Mineral

Bisnis.com,12 Nov 2021, 23:54 WIB
Penulis: Rayful Mudassir
Pekerja mengeluarkan biji nikel dari tanur dalam proses furnace di smelter PT. Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Sabtu (30/3/2019)./ANTARA-Basri Marzuki

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian menegaskan penerapan teknologi cukup penting dalam pengembangan industri pengolahan mineral dalam negeri.

Direktur Jendral Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier menjelaskan dua pendekatan teknologi dalam pengolahan nikel.

Pertama, pendekatan dari sisi pirometalurgi yang banyak digunakan saat ini, seperti Nickel Pig Iron (NPI), Feronikel, dan Nickel Matte. Kedua, pendekatan dari sisi hidrometalurgi. Pendekatan ini memiliki peran penting di masa depan untuk meningkatkan nilai tambah nikel kadar rendah.

"Dari sisi hidrometalurgi juga sangat penting sekali, nikel kadar rendah bisa diproses, jadi pendekatan chemical, high pressure acid leaching dan juga mungkin yang sekarang dikembangkan oleh anak bangsa juga yakni step temperature acid leaching, itu juga akan punya peran penting ke depan untuk meningkatkan nilai tambah untuk nikel kadar-kadar rendah, karena semua mineral itu kan variatif kandungan nikelnya,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat (12/11/2021).

Secara terpisah, PT Hydrotech Metal Indonesia sebagai pemilik teknologi step temperature acid leaching (STAL) menanggapi positif pandangan Dirjen ILMATE terhadap teknologi tersebut.

Widodo Sucipto, Direktur Utama PT Hydrotech Metal Indonesia berharap STAL dapat memberi manfaat bagi banyak pihak. Dia menyebut inovasi ini memiliki kelebihan dalam penggunaan sistem modular, dengan output minimum sekitar 1.800 ton per annual dan belanja modal lebih rendah.

“Sistem modular ini merupakan solusi atas kendala pendanaan dalam pembangunan smelter. Melalui kehadiran Teknologi STAL, rekan-rekan pemilik IUP tidak perlu susah-susah mencari dana hingga miliaran dolar Amerika untuk membangun smelter,” ujarnya.

STAL lanjutnya juga dapat menghasilkan emisi karbon yang bersaing dengan teknologi ekstraksi nikel berbasis hidrometalurgi yang ada saat ini.

Teknologi ini juga berpotensi mengurangi konsumsi bahan bakar fosil melalui penggunaan sumber energi terbarukan, seperti tenaga air maupun tenaga surya, sehingga emisi karbon dapat menurun secara signifikan.

Dalam audit teknologi yang dilakukan oleh Pusat Teknologi Material Badan Riset dan Inovasi Nasional (PTM BRIN), STAL teruji dapat menghasilkan recovery nikel mulai 89 hingga 91 persen, dan kobalt sebesar 90 hingga 94 persen

Sementara itu, Pilot Plant STAL juga terbukti telah mampu menghasilkan mixed hydroxide precipitate dengan kandungan nikel hingga lebih dari 35 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini