Saham IPO Jumbo Punya Daya Tarik, Berpotensi Laku Dibeli Investor

Bisnis.com,12 Nov 2021, 19:04 WIB
Penulis: Dwi Nicken Tari
Karyawan memantau pergerakan harga saham di kantor Mandiri Sekuritas, Jakarta, Rabu (11/10)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Daya investor di pasar modal diperkirakan cukup untuk menyerap penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dengan emisi bernilai jumbo pada akhir tahun ini.

Hal itu seiring dengan jumlah investor yang semakin banyak dan minat tinggi terhadap perdagangan saham di pasar sekunder.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan IPO dengan target penggalangan dana jumbo pada akhir tahun ini berpotensi terserap optimal oleh investor di pasar saham.

“Hal ini ditopang oleh pertumbuhan investor saham sendiri, juga edukasi dan berita soal investasi saham sangat ramai didengungkan, terlebih lagi memang banyak kalangan telah menjadikan pasar modal menjadi salah satu pilihan untuk instrumen investasi di tengah masa pandemi,” jelas Frankie kepada Bisnis, Jumat (12/11/2021).

Selain itu, Frankie menunjukkan bahwa calon emiten yang akan go public pada akhir tahun ini memiliki daya tarik sendiri yang dapat menangkap minat investor.

Dia mencontohkan PT Cisarua Mountain Dairy Tbk. atau Cimory menargetkan kinerja stabil di atas 24 persen secara top line setelah IPO dan memperluas pangsa pasar di luar Jawa.

Selanjutnya, calon emiten dari sektor teknologi yaitu GoTo juga diperkirakan dapat menyusul kesuksesan IPO platform e-commerce sebelumnya PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA). Hal ini ditunjang pula sentimen bisnis digital yang tengah terakselerasi di masa pandemi.

Begitu pula saham calon emiten dari produsen cat PT Avia Avian Tbk. dinilai tetap akan diperhitungkan investor mengingat perseroan memiliki brand yang sangat kuat dan diversifikasi produk yang sejalan.

“Untuk PT Adhi Commuter Properti Tbk juga menarik karena anak perusahan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. ini menorehkan kinerja yang sangat impresif dari pengerjaan proyek yang strategis seperti proyek hunian Transit Oriented Development (TOD) dan proyek LRT,” ujar Frankie.

Kendati demikian, penggalangan dana di lantai bursa pada akhir tahun ini bukan tanpa tantangan. Frankie mengatakan perdagangan di pasar sekunder nantinya bakal menjadi batu sandungan tersendiri apabila harga tak mampu melanjutkan performa yang baik setelah saham dicatatkan.

Melihat ke belakangan, tidak jarang saham emiten yang baru IPO berbalik turun harganya karena rentan terkena aksi ambil untung atau profit taking seperti saham BUKA.

“Hal ini bisa saja menjadi pertimbangan dari sebagian investor untuk lebih menunggu saham tersebut melantai di bursa dan mencari level harga yang wajar kemudian membelinya, daripada membeli saham tersebut dalam antrian e-ipo,” tutup Frankie.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini