Inflasi AS Batasi Kenaikan Harga Minyak

Bisnis.com,13 Nov 2021, 20:57 WIB
Penulis: Mutiara Nabila
Bendera Amerika Serikat/WallpaperCave

Bisnis.com, JAKARTA — Penegasan sikap OPEC+ untuk mempertahankan kebijakan produksinya memberikan dukungan pada harga minyak. Namun, peningkatan inflasi di AS yang turut mendorong kenaikan kurs dolar AS, membatasi pergerakan harga minyak lebih lanjut.

Dalam Laporan Pasar Minyak Bulanan, OPEC merevisi kembali permintaan minyak global untuk tahun 2021, turun sebesar 160.000 barel per hari menjadi rata-rata 96,4 juta barel per hari, dan untuk kuartal IV/2021 dipangkas turun 330.000 barel per hari. 

"Alasan utama pemangkasan tersebut dipicu oleh permintaan yang lebih lambat yang diantisipasi dari China dan India pada kuartal ketiga," tulis Tim Riset Indonesia Commodity and Derivative Exchange (ICDX) dalam riset harian, dikutip Sabtu (13/11/2021).

Dengan adanya pemangkasan tersebut juga mengindikasikan sikap OPEC+ untuk tidak menambah lebih banyak pasokan ke pasar untuk setidaknya hingga akhir tahun ini. Sementara, untuk perkiraan permintaan tahun depan masih tidak berubah dari proyeksi yang dirilis bulan lalu yaitu tumbuh sebesar 4.2 juta barel per hari menjadi 100,6 juta barel per hari.

Sementara itu, kenaikan inflasi di AS turut memicu mata uang dolar AS naik ke level tertinggi hampir 16 bulan terhadap mata uang utama lainnya pada hari Kamis. Situasi tersebut mendorong harapan bahwa bank sentral AS akan memajukan rencananya untuk menaikkan suku bunga dalam rangka menjinakkan inflasi. 

Di samping itu, pasar juga menanti keputusan final dari Presiden Joe Biden terkait rencananya untuk merilis minyak dari Cadangan Minyak Strategis negara untuk meredam lonjakan harga lebih lanjut.

"Untuk indikator dalam waktu dekat yang menjadi fokus pasar adalah laporan mingguan hitungan jumlah rig AS yang akan dirilis oleh perusahaan layanan jasa Baker Hughes pada akhir pekan ini," tambahnya.

Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak akan berada dalam kisaran resistance di US$83,15 - US$84,56 per barel serta kisaran support di US$80,33 - US$78,92 per barel. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Andhika Anggoro Wening
Terkini