Wall Street Tenggelam Dipicu Kekhawatiran Inflasi Batasi Selera Risiko

Bisnis.com,18 Nov 2021, 05:55 WIB
Penulis: Farid Firdaus
Seorang pejalan kaki yang memakai masker lewat di depan gedung bursa saham New York Stock Exchange (NYSE), New York, AS, pada Kamis, (22/7/2021)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat jatuh di tengah kekhawatiran bahwa inflasi bisa menimbulkan tantangan bagi rebound ekonomi global, memaksa bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diharapkan.

Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (18/11/2021), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,58 persen atau 211,17 poin ke 35.931,05, S&P 500 melemah 0,26 persen atau 12,23 poin ke 4.688,67 dan Nasdaq tergelincir 0,33 persen atau 52,28 poin ke 15.921,57.

Para investor mengambil beberapa risiko lantaran data mengisyaratkan pembangun rumah sedang berjuang untuk memulai proyek di tengah biaya material bahan yang tinggi dan kekurangan tenaga kerja yang sedang berlangsung.

Saham perusahaan ritel Target Corp tenggelam setelah peringatan bahwa tekanan biaya merayap naik, memicu kekhawatiran perseroan untuk mengurangi keuntungan di pengecer. Pada akhir perdagangan, saham Cisco Systems Inc., pembuat peralatan jaringan komputer terbesar, merosot karena perkiraan pendapatan yang lesu, dirugikan oleh kekurangan komponen yang membuatnya sulit untuk memenuhi permintaan.

"Sementara pasar secara struktural tetap bullish pada saham, kami mengantisipasi dorongan dan tarikan dinamika pasar ke akhir tahun karena kekhawatiran inflasi, tekanan rantai pasokan, kekurangan tenaga kerja, dan ketidakpastian fiskal," kata Andrea Bevis, Wakil Presiden Senior UBS Private Wealth Management, mengutip Bloomberg, Kamis (18/11/2021).

Menurut Chief Executive Officer Goldman Sachs Group Inc. David Solomon, pasar dapat menghadapi masa sulit di masa depan karena ekonomi berusaha untuk bangkit dari dampak pandemi yang tiba-tiba.

“Jika suku bunga naik, itu dengan sendirinya akan menghilangkan kegembiraan dari pasar tertentu,” kata dia.

Sementara itu, manajer portofolio senior JO Hambro Capital Management Giorgio Caputo mengatakan, inflasi jelas tidak sementara seperti yang diharapkan beberapa orang, tetapi ekonomi AS belum berada pada titik di mana secara definitif bisa dikatakan inflasi terjadi terus-menerus.

Kuartal terburuk S&P 500 sejak awal pandemi tampaknya telah mengusir beberapa investor yang masuk kategori do-it-yourself. Lonjakan perdagangan ritel yang dimulai saat lockdown kini telah mereda, karena total volume saham dari investor individu turun menjadi 19 persen pada kuartal ketiga, turun dari 24 persen pada awal tahun ini, menurut Securities and Exchange Commission dan data pasar yang dikumpulkan oleh Bloomberg Intelligence.

Berikut beberapa berita emiten yang menjadi sorotan:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farid Firdaus
Terkini