BFI Finance (BFIN) Pastikan Kebutuhan Dana Aman hingga Semester I/2022

Bisnis.com,18 Nov 2021, 16:59 WIB
Penulis: Denis Riantiza Meilanova
Direktur Keuangan PT BFI Finance Indonesia Tbk Sudjono (kanan) didampingi Direktur Pemasaran Sutadi memberikan penjelasan saat berkunjung ke kantor redaksi Bisnis Indonesia, di Jakarta, Senin (14/1/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA -- Perusahaan pembiayaan PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) telah mengamankan kebutuhan pendanaan hingga semester I/2022.

Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono mengatakan, perseroan telah memiliki stok pendanaan dengan jumlah yang sangat memadai untuk mendukung pertumbuhan bisnis setidaknya hingga pertengahan tahun depan.

"Pendanaan BFI memiliki likuiditas yang sangat tinggi. Kami punya pendanaan yang standby dan jumlahnya sangat memadai. Kami sudah bekerja sebenarnya minimal 3-6 bulan di muka. Jadi kalau hari ini kami masukin November untuk pendanaan BFI sudah aman hingga hampir semester I/2022," ujar Sudjono, Rabu (17/11/2021).

Sepanjang tahun ini, kata Sudjono, perseroan telah dua kali menerbitkan obligasi senilai Rp600 miliar pada Mei 2021 dan Rp1 triliun pada Agustus 2021. Kedua penerbitan obligasi tersebut mendapat respon yang sangat baik dari para investor.

Selain itu, perseroan juga mendapatkan pendanaan dari sejumlah bank lokal, seperti BCA dan Bank Panin masing-masing senilai Rp1 triliun.

"Ada dari beberapa bank lain dengan nilai lebih kecil, misal Bank Mandiri, KEB Hana, Bank Permata. Dari Bank Jago juga mendapat pinjaman Rp600 miliar," katanya.

Selain dari bank lokal, BFI Finance juga menggalang dana dari luar negeri dengan pinjaman sindikasi senilai US$80 juta. Ada sembilan bank asing yang berpartisipasi dalam pinjaman sindikasi tersebut. Menurutnya, hal itu menunjukkan kepercayaan bank asing yang tetap solid kepada BFI Finance meski di tengah pandemi Covid-19.

Adapun, per kuartal III/2021, total pendanaan eksternal perseroan mencapai Rp6,697 triliun. Komposisi pendanaan eksternal perseroan terdiri atas pinjaman perbankan dalam negeri sebesar 28 persen, obligasi dan MTN 39 persen, pinjaman luar negeri 32 persen, dan joint financing 1 persen.

Sudjono menjelaskan, pendanaan dari joint financing atau channeling saat ini tidak menjadi prioritas utama perseroan. Nilai pendanaan dari joint financing sudah sangat kecil, di bawah Rp100 miliar. Saat ini, perseroan hanya bekerja sama dengan satu bank saja untuk pendanaan joint financing dengan porsi kerja sama 95 persen bank dan 5 persen self financing.

"Hanya kerja sama dengan satu bank saja, Bank BRI. Sebenarnya kami masih punya outstanding facility yang cukup besar dari bank tersebut. Tapi di tengah pandemi aset turun, maka penyaluran dari sisi joint financing jadi pilihan kedua karena kami tidak bisa alihkan aset di saat aset masih turun," ujarnya.

Dia berharap ketika aset perseroan sudah kembali normal nanti, pedanaan joint financing dapat menjadi salah satu sumber pendanaan yang dapat diandalkan untuk menopang pertumbuhan bisnis perseroan ke depan.

Adapun, sampai dengan kuartal III/2021, total aset perseroan tercatat mencapai Rp14,64 triliun atau turun 12,5 persen dibandingkan kuartal III/2020 yang sebesar Rp16,74 triliun.

Sementara itu, pembiayaan baru BFIN tercatat mencapai Rp9,38 triliun atau tumbuh 72,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp5,43 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Azizah Nur Alfi
Terkini