Bisnis.com, JAKARTA – Laporan baru dari perusahaan pemeringkat internasional, Moody's Investors Service, menyatakan kinerja keuangan bank-bank Indonesia akan terus membaik seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi.
Selain itu, kinerja keuangan bank RI juga meningkat sejalan dengan risiko aset menurun, profitabilitas membaik dan rasio modal dan likuiditas stabil.
Hal ini seiring membaiknya konsumen di Indonesia, pinjaman yang direstrukturisasi akan menurun karena peminjam membayar kembali pinjaman mereka. Sementara itu, profitabilitas akan pulih saat provisi kerugian pinjaman surut.
Moody’s mengatakan, pertumbuhan kredit akan membaik yang membuat modal dan likuiditas bank stabil pada tingkat yang tinggi.
Menurut Analis Moody's Tengfu Li, bank-bank terus pulih pada kuartal III/2021, meskipun masih ada gangguan ekonomi yang disebabkan oleh kasus virus corona di beberapa negara.
“Pinjaman yang direstrukturisasi menurun sementara cakupan kerugian pinjaman meningkat, profitabilitas meningkat karena margin bunga bersih (net interest margin/NIM) melebar dan provisi kerugian pinjaman stabil. Sementara, rasio modal dan likuiditas meningkat lebih lanjut karena pertumbuhan pinjaman yang lemah,” jelas Li dalam keterangan tertulis, Rabu (17/11/2021).
Li menjelaskan, pinjaman direstrukturisasi yang meningkat tajam pada 2020 akan berkurang karena peminjam mulai pulih secara finansial dan melanjutkan pembayaran kembali pinjaman mereka.
Sedangkan, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) perbankan di RI akan meningkat hanya sedikit pada 2022. Peningkatan ini didukung oleh kepatuhan terhadap peraturan yang akan tetap hingga Maret 2023.
Adapun, rasio cakupan kerugian pinjaman telah meningkat dalam beberapa kuartal terakhir karena provisi proaktif, sehingga memberikan penyangga yang cukup terhadap kemungkinan lonjakan default atau potensi gagal bayar.
Sementara itu, profitabilitas akan pulih selama 12-18 bulan ke depan, karena bank menurunkan provisi kerugian pinjaman setelah menyisihkan cadangan kerugian pinjaman yang cukup di kuartal IV/2021.
“Kenaikan NIM lebih lanjut akan terbatas, karena tidak ada banyak ruang bagi bank untuk memangkas suku bunga deposito, dan tekanan pada imbal hasil pinjaman meningkat di tengah persaingan untuk korporasi berisiko rendah,” terangnya.
Kemudian, Li memaparkan bahwa modal dan likuiditas bank akan stabil pada tingkat yang tinggi seiring dengan pertumbuhan kredit yang meningkat.
“Konsumsi modal untuk pertumbuhan pinjaman dan pembayaran dividen akan mengejar pertumbuhan modal internal dan menghasilkan rasio modal yang stabil. Demikian pula, pemulihan pertumbuhan kredit akan menyebabkan rasio likuiditas yang stabil,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel