Bisnis.com, JAKARTA -- Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Riswinandi mengingatkan kepada para pelaku industri keuangan non-bank untuk mengantisipasi dampak tapering off yang akan dilakukan oleh negara-negara maju.
Dia mengatakan bahwa beberapa otoritas moneter di negara-negara maju telah sepakat untuk melakukan kebijakan tapering off sebagai antisipasi atas pertumbuhan inflasi yang tinggi. Menurutnya, kebijakan pengurangan stimulus moneter tersebut dapat memberikan dampak negatif terhadap pasar modal Indonesia.
"Tentu hal ini harus menjadi perhatian bagi kita semua terutama bagaimana agar dampak negatif kebijakan ini, seperti terjadinya capital outflow di pasar modal nasional kita dapat diminimalisir dengan menajamen risiko yang baik," ujar Riswinandi dalam acara Indonesia Financial Sector Outlook 2022, Selasa (23/11/2021).
Dia menuturkan, dampak negatif tersebut perlu diantisipasi oleh para pelaku industri keuangan non-bank (IKNB), terutama industri dana pensiun dan asuransi. Hal ini mengingat sekitar 70-80 persen investasi industri dana pensiun dan asuransi berada di sektor pasar modal.
"Sehingga kondisi pasar modal secara umum akan mempengaruhi stabilitas di sektor keuangan non-bank juga," katanya.
Direktur Utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Mirza Adityaswara menuturkan, indeks pasar modal nasional terus menguat dan sudah berada di posisi all time high, demikian pula indeks di beberapa belahan dunia terus menunjukkan pemulihan.
Namun, para pelaku pasar perlu mengantisipasi dampak kebijakan-kebijakan moneter dari bank sentral Amerika Serikat, seperti tapering off atau pengurangan stimulus moneter.
"Tadi malam Presiden Biden mengangkat kembali Jerome Powell sebagai Gubernur Federal Reserve untuk masa jabatan kedua dan market interpretasikan kebijakan moneter dari bank sentral AS akan terus dovish dalam rangka akomodasi dan mendukung pemulihan ekonomi AS dan global. Ini tentu akan berdampak yang harapan kita stabilitas pasar keuangan," katanya.
Dia mengatakan, kebijakan pengurangan stimulus moneter di AS nantinya juga kemungkinan akan dikuti oleh pengurangan stimulus moneter di Indonesia. Penerapan hal tersebut diharapakan dapat dilakukan secara hati-hati dan komunikasi yang baik agar stabilitas pasar keuangan nasional terjaga.
"Tentu harapannya investasi dari dana pensiun dan asuransi jiwa di pasar saham akan terus terjaga dan berkembang," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel