Bisnis.com, JAKARTA – Citibank N.A., Indonesia atau Citi Indonesia membukukan laba besar senilai Rp869 miliar pada kuartal III/2021. Laba bersih yang dicapai perseroan lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kendati demikian, Citi Indonesia mencatat laba bersih mandiri selama kuartal III/2021 mencapai Rp408 miliar, atau naik Rp543 miliar dibandingkan dengan pencatatan di kuartal kedua. Hal tersebut tercapai berkat pencadangan kredit yang lebih rendah.
Laba bersih ditopang oleh biaya credit impairment yang tetap stabil dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan cadangan credit impairment di lini Institutional Banking yang berasal dari satu klien korporasi dan berhasil di offset oleh penurunan cadangan credit impairment di Consumer Banking.
CEO Citi Indonesia Batara Sianturi mengungkapkan, pihaknya berkomitmen dan optimistis untuk terus meningkatkan kondisi bisnis Citi Indonesia. Hal ini tercermin dari berbagai kemajuan yang berhasil dilakukan Citi Indonesia di tengah pandemi Covid-19.
“Kami telah berhasil melakukan berbagai terobosan dan inovasi di sisi institusional maupun consumer banking. Ke depannya, kami juga akan terus bertransformasi secara digital dan memutakhirkan berbagai layanan perbankan digital kami,” kata Batara dalam keterangan tertulis, Kamis (25/11/2021).
Hingga September 2021, Citi Indonesia juga berhasil meningkatkan transaksi investasi digital menjadi 59 persen atau melonjak 70 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Batara menjelaskan, peningkatan tersebut merupakan salah satu peran penting dalam mendukung pertumbuhan bisnis wealth management di tengah pandemi Covid-19.
Lalu, Citi Indonesia memiliki likuiditas yang sangat baik dengan Lending to Deposit Ratio (LDR) sebesar 62,5 persen dan modal yang kokoh dengan Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sebesar 26,7 persen.
Selain itu, Citi Indonesia juga mencatatkan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) secara gross sebesar 3,3 persen, atau meningkat 2,8 persen dari tahun lalu. Adapun, perseroan menjaga rasio NPL secara net tetap rendah, yaitu sebesar 0,9 persen.
“Kami yakin bahwa kualitas portfolio kreditnya tetap dalam kondisi baik karena penerapan asas kehati-hatian dalam manajemen risiko untuk mengatasi dampak dari pandemi,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel