Bisnis.com, JAKARTA - Platform penyedia layanan bayar tunda (BNPL/paylater) Kredivo besutan PT FinAccel Finance Indonesia optimistis mampu mendominasi pasar Asia Tenggara (Asean).
Sekadar informasi, hal ini seiring aksi korporasi dari induk usaha, FinAccel Pte Ltd yang tengah berproses menjadi perusahaan terbuka lewat aksi merger dengan perusahaan cangkang (Special Purpose Acquisition Company/SPAC), bernama VPC Impact Acquisition Holdings II (NASDAQ: VPCB) besutan perusahaan investasi asal Amerika Serikat, Victory Park Capital Advisors LLC (VPC).
Indina Andamari, VP Marketing and Communications FinAccel menjelaskan bahwa proses merger masih on the track dan diproyeksi rampung pada kuartal I/2022. Selepas itu, FinAccel bakal menjadi perusahaan operasional VPCB yang akan mengakomodasi layanan jasa keuangan digital se-Asean.
"Tentu kami mengincar pasar Asean, karena kami akan mendapat capital yang besar melalui IPO. Jadi kami siap bersaing di level kawasan, bukan hanya di Indonesia. Tapi tentu tetap dengan membawa bendera Indonesia, ya, supaya kami bisa tetap membawa kebanggaan buat negara ini," ujarnya dalam diskusi virtual, Kamis (2/12/2021).
Terkini, Kredivo telah merealisasikan ekspansi ke Vietnam pada kisaran Agustus 2021 lewat joint venture dengan perusahaan pembiayaan lokal. Selanjutnya, ekspansi ke Thailand direncanakan terealisasi pada 2022.
Indina optimistis bahwa merek Kredivo akan turut menghiasi jajaran penyedia kredit digital besar secara global setara Klarna, Affirm, Zip Pay, Afterpay, sampai PayPal Credit. Alasannya, Kredivo terbukti mampu mempertahankan wallet share lebih dari 50 persen di setiap top e-commerce merchant di Indonesia selama 5 tahun dan menjadi opsi pembayaran kredit terbesar setelah kartu kredit.
Prospek memperbesar kapasitas di Indonesia pun terbuka lebar. Salah satu pendorongnya, yaitu survei Kredivo di mana 90 persen pengguna e-commerce sudah memiliki awareness soal paylater, 27 persen sudah aktif menggunakan paylater dengan separuh di antaranya mengaku bakal meningkatkan penggunaannya di masa mendatang.
Selain itu, riset Kredivo juga melihat 98 persen merchant di Indonesia sudah terhubung dengan layanan pembayaran digital, dengan separuh di antaranya mau menerima opsi pembayaran via pembiayaan digital secara langsung dari platform point of sales (POS) atau kasir digital yang mereka gunakan.
Sebagai informasi, jelang transaksi menjadi perusahaan terbuka, VPC dan beberapa partnernya akan mendukung lewat investasi ke dalam Private Investment in Public Equity (PIPE) dan berkomitmen untuk memegang saham yang dimilikinya selama dua tahun.
Tiga investor lama FinAccel, yaitu MDI Ventures, Cathay Innovation, dan Endeavour Catalyst pun turut mendukung aksi korporasi ini menambah investasinya ke PIPE, menjadikan total komitmen PIPE Kredivo mencapai lebih dari US$125 juta.
Berdasarkan keterangan resmi VPC, kepercayaan terhadap Kredivo tergambar dari volume transaksi Kredivo yang disebut telah mencapai US$574 juta pada tutup buku 2020 dan berpotensi mendulang tingkat pertumbuhan kumulatif tahunan (CAGR) hingga 112 persen, sehingga estimasinya menyentuh US$2.172 juta pada 2022.
Sementara revenue Kredivo disebut telah mencapai US$74 juta pada akhir 2020, tumbuh 62 persen (year-on-year/yoy) dari tahun sebelumnya, dan berpotensi mendulang CAGR 128 persen, sehingga diperkirakan mencapai US$163 juta pada 2021 dan US$320 juta pada 2022.
Berdasarkan proyeksi VPC, Kredivo memang belum mampu menutup kinerja laba tahunan di angka positif pada 2020, walaupun secara kuartalan mampu secara konsisten bertumbuh membaik.
Kredivo diramal baru membukukan laba sebelum pajak tahunan di angka positif sejak periode 2021, terus berlanjut di 2022, dan puncaknya ada pada 2025. Di mana hal ini didorong proyeksi revenue mencapai US$12 miliar, disumbang hasil ekspansi ke beberapa negara Asean dan berbagai lini bisnis baru seperti layanan perbankan digital.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel