Ahli ITB Ungkap Penyebab Erupsi Gunung Semeru, Gara-gara Hujan? 

Bisnis.com,05 Des 2021, 18:54 WIB
Penulis: Newswire
Foto guguran awan panas Gunung Semeru/BNPB

Bisnis.com, JAKARTA - Vulkanolog dari Institut Teknologi Bandung Mirzam Abdurrachman mengungkap proses terjadinya erupsi Gunung Semeru pada Sabtu (4/12/2021). Erupsi tersebut telah menyebabkan 13 warga meninggal dunia.

"Faktor curah hujan yang mempercepat proses erupsi Gunung Semeru. Ini sesuatu yang baru dari Semeru sekarang,” katanya seperti dikutip dari Tempo.co, Minggu (5/12/2021).

Mirzam mengungkapkan mekanisme curah hujan secara perlahan membuka tutupan puncak gunung yang tertimbun material letusan-letusan sebelumnya.

Setelah itu terjadi erupsi atau ke luar magma ke permukaan melalui kerucut gunung api. Ketua Program Studi Sarjana Teknik Geologi ITB itu mengatakan erupsi bisa juga diakibatkan dapur magma yang penuh dan longsoran material di dapur magma.

“Benar ada dorongan dari bawah gunung, tapi proses kehilangan beban di tudung itu yang menjadi trigger utamanya,” ucapnya.

Biasanya, kata dia, getaran akibat pergerakan magma naik ke permukaan bisa terdeteksi oleh alat seismograf.

Namun, pada kasus erupsi Semeru kali ini, data kegempaannya tidak intensif.

“Artinya ada pergerakan magma tapi sedikit,” kata Mirzam.

Menurutnya, hal itu bisa terjadi karena interval waktu erupsi Semeru sekarang dan sebelumnya tidak jauh sehingga akumulasi dan volume magmanya sedikit.

Dampaknya, kata dia, getarannya juga tidak terasa oleh warga. Termasuk data seismometer pun mencatat gempanya rendah.

“Jadi status gunung apinya tidak dinaikkan [ke level II atau waspada],” ucapnya.

Bukan itu saja, dia menuturkan masyarakat sekitar Gunung Semeru. Namun, lantaran adanya hujan prosesnya (erupsi) dipercepat sehingga warga tidak punya banyak waktu untuk mengungsi.

"Orang menyangka tidak ada apa-apa, tapi ada lahar kemudian kepulan awan panas. Itulah yang terjadi," kata dia.

Mirzam menerangkan pembentukan lahar itu sebenarnya proses dari pembukaan tutup atau tudung gunung dari material vulkanik hasil letusan sebelumnya.

Nantinya meskipun tidak ada getaran namun saat musim hujan, menurut Mirzam, semua pihak harus lebih berhati-hati terhadap aktivitas Gunung Semeru.

“Model-model sebelumnya tidak bisa diaplikasikan karena Semeru minta kita belajar sesuatu yang baru,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini