Bisnis.com, JAKARTA - PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), anggota holding BUMN asuransian dan penjaminan, mencatat laba sebelum pajak (earning before tax) per kuartal III/2021 sebesar Rp917 miliar. Pada tahun lalu, kinerja full year Askrindo pada 2020 sebesar Rp1,11 triliun.
Direktur Utama Askrindo Priyastomo mengatakan pihaknya optimistis Askrindo bisa mengantisipasi gejolak dinamika dunia usaha dan makro ekonomi yang terjadi selama masa pandemi Covid-19.
"Kinerja usaha yang baik ini dipengaruhi oleh komitmen, berbagai upaya dan continious improvement yang dilakukan manajemen dan seluruh jajaran pegawai," ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (5/12/2021).
Premi Bruto Askrindo dalam tiga tahun terus tumbuh positif, dari Rp5,89 triliun pada 2019 menjadi Rp6,42 triliun pada 2020, dan sampai dengan kuartal III/2021 sudah mencapai Rp4,77 triliun.
Pertumbuhan premi ditopang dari kegiatan usaha bisnis (kredit usaha rakyat) KUR dan kredit modal kerja pemulihan ekonomi nasional (KMK PEN) yang mengambil porsi 84 persen selama periode tersebut.
Hasil Underwriting meningkat dari Rp854 miliar pada 2019, menjadi Rp2,02 triliun 2020, dan sampai kuartal III/2021 sudah mencapai Rp1,51 triliun.
"Hasil underwriting yang relatif baik ini menunjukkan upaya Manajemen dapat menjaga kualitas akseptasi dengan baik, di samping menerapkan prinsip kehati-hatian pada setiap line of businesses dan konservatif dalam menghitung pencadangan, baik cadangan premi maupun cadangan teknis," tambahnya.
Adapun, angka Beban Underwriting cenderung menurun dalam 2 tahun belakangan. Tepatnya, dari Rp2,72 triliun pada 2019, menjadi Rp1,80 triliun 2020, dan di kuartal III/2021 sebesar Rp1,27 triliun.
Priyastomo menambahkan bahwa upaya menjaga kualitas akseptasi juga diikuti dengan pengendalian dan efisiensi biaya operasional, terutama komponen beban usaha yang hanya Rp560 miliar pada kuartal III/2021. Lebih baik dari semula Rp1,00 triliun pada 2019 dan Rp699 miliar pada 2020.
Adapun, komponen beban lain-lain juga terus turun dari Rp394 miliar pada 2019, menjadi Rp302 miliar pada tahun 2020, dan sebesar Rp151 miliar di kuartal III/2021.
Dari sisi pendapatan nonoperasional dari penagihan subrogasi (hasil recoveries) juga digalakkan. Terkini, mencapai Rp586 miliar atau telah lebih baik dari dua tahun terakhir, yaitu Rp599 miliar pada 2019 dan Rp533 miliar pada 2020.
"Total Asset tumbuh sebesar 12 persen dari Rp19,17 triliun di tahun 2019 menjadi Rp22,07 triliun di tahun 2020 dan pada posisi kuartal III/2021 ini mencapai Rp28,56 triliun," ungkapnya.
Adapun, dari sisi kondisi tingkat kesehatan angka risk based capital (RBC) Askrindo juga meningkat dari 345,74 persen di tahun 2019 menjadi 403,20 persen di tahun 2020; dan kini mencapai 588 persen.
Rasio Return of Equity (ROE) juga menunjukkan peningkatan di Triwulan III 2021 sebesar 8 persen, dibandingkan tahun lalu di 6 persen, tapi turun tipis dibandingkan periode sama tahun 2019 sebesar 9 persen. Sementara rasio Return of Asset (ROA) tidak mengalami perubahan di 3 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel