Bisnis.com, JAKARTA –Bagi sebagian orang, menjadi pengusaha kaya raya adalah puncak karir dalam kehidupan orang Indonesia. Namun, itu tidak berlaku untuk Timothy Ronald. Menurut Co-Founder Ternak Uang tersebut, asumsi seperti itu ditimbulkan oleh kurangnya literasi keuangan.
Terkait minimnya literasi keuangan, Timothy mengungkapkan bahwa kemungkinan hal ini terjadi lantaran tradisi orang Indonesia yang cenderung menganggap tabu saat membicarakan masalah keuangannya.
"Menurut saya, problem finansial itu penting. Dari kecil, saya tidak diajarkan apa yang namanya saham, atau bagaimana cara bayar pajak, apalagi investasi. Selain itu, jika kita membahas seputar gaji, orang Indonesia cenderung menganggapnya tabu. Mungkin itu karena literasi keuangan kita masih rendah. Itu yang ingin saya ubah," papar Timothy melalui akun YouTube miliknya.
Bagi Timothy, investor lebih memuaskan ketimbang menjadi seorang pengusaha. Sebagai contoh, ia bersama Raymond Chin dan Felicia Tjiasaka mendirikan Ternak Uang bukan karena ingin menjadi pengusaha.
"Kenapa membangun Ternak Uang? Mungkin banyak orang yang mengira kalau semata-mata saya hanya ingin mendapat uang dari member. Namun alasannya sebenarnya lebih dari itu.”
Timothy bertekad untuk menularkan semangat dan visinya dalam mencetak 10 juta investor baru di Indonesia.
"Tahun lalu, investor di Indonesia sedikit karena pandemi. Sekarang sudah beradaptasi, jadi mulai tumbuh lagi. Mungkin ada 2000 investor, tapi belum tentu aktif semuanya," ujarnya.
Ironisnya, sambung Timothy, jumlah tersebut jauh lebih kecil daripada negara tetangga, misalnya dengan Thailand, Vietnam, atau Singapura.
Sadar betul unggahan videonya berpotensi menuai pro dan kontra, Timothy tidak mempedulikan hal tersebut.
Baginya, ia ingin diingat sebagai sosok yang sanggup mengubah kehidupan finansial seseorang ke arah yang lebih baik, salah satu caranya dengan menjadi seorang investor.
"Tidak semua orang bisa dan sanggup jadi pengusaha. Tapi untuk menjadi investor, semua orang bisa. Apapun bentuknya, mau saham, obligasi, reksadana, atau deposito sekalipun, tidak masalah," kata pria berkacamata itu.
Namun, Timothy mengingatkan bahwa tujuan berinvestasi bukan untuk dijadikan sebagai sarana untuk menyombongkan diri.
"Tujuannya apa? Investasi bukan ajang pamer kekayaan atau tolok ukur kesuksesan, tapi soal mencari cara untuk mencapai tujuan finansial kita. Jadi, hidup itu jangan cuma buat nabung doang, tapi juga menikmati hidup itu sendiri," tegas Timothy.
Terakhir, ia bertekad mencetak 10 juta investor lokal untuk menyongsong masa depan Indonesia yang diprediksi akan menjadi negara termaju di dunia.
"Pada 2045, Indonesia diproyeksikan menjadi negara dengan ekonomi ketiga atau keempat terbesar di dunia. Oleh karena itu kita harus bersiap untuk menjadi investor," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel