Bisnis.com, JAKARTA - Kredit industri perbankan tumbuh sebesar 3,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Oktober 2021. Laju pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi dalam 18 bulan terakhir. Secara bersamaan, likuiditas perbankan tetap longgar berkat seperangkat kebijakan akomodatif Bank Indonesia (BI).
Menurut Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro, laju pertumbuhan kredit perbankan pada periode tersebut memicu peningkatan pertumbuhan selama Januari-Oktober 2021 sebesar 4,2 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama di 2020 yaitu -2,4 persen (yoy).
Andry memperkirakan pertumbuhan kredit akan terus pulih di beberapa bulan ke depan. Saat ini, dia memperkirakan pertumbuhan kredit sepanjang 2021 bisa melampaui prakiraan 3 persen (yoy), dan pertumbuhan deposit 8 persen (yoy).
"Industri perbankan akan terus kuat dengan modal yang modal dan likuiditas yang memadai, sekaligus kualitas aset yang stabil dan pulihnya kepercayaan dalam ekonomi domestik. Kebijakan fiskal, moneter, dan perbankan akan tetap akomodatif," ujar Andry dalam keterangan resmi, Senin (6/12/2021).
Untuk rinciannya, Andry merujuk pada data Statistik Perbankan Indonesia September 2021, sebelum rilis data Oktober 2021. Data periode September 2021 menunjukkan seluruh tipe kredit tumbuh lebih tinggi. Kredit modal kerja tumbuh 2,8 persen (yoy) dan kredit konsumsi sebesar 3 persen (yoy).
Selain itu, kredit investasi tumbuh 0,4 persen (yoy), pertumbuhan positif pertama kali dalam 10 bulan lamanya.
Di samping itu, kredit industri meningkat 1,9 persen (yoy)dengan rincian kredit wholesale dan ritel tumbuh 2,6 persen (yoy), sedangkan kredit industri pengolahan terkontraksi 0,5 persen (yoy).
Untuk kredit non-industri, kredit kepemilikan rumah tumbuh 9,3 persen (yoy) akan tetapi kredit kepemilikan kendaraan terkontraksi 16,5 persen (yoy).
Berdasarkan pembagian Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU), pertumbuhan kredit bank BUKU 4 meningkat sebesar 8,6 persen (yoy) pada September 2021. Lalu, kredit bank BUKU 3 dan BUKU 2 terkontraksi pada periode yang sama, masing-masing sebesar 6,8 persen (yoy) dan 5,2 persen (yoy).
Pertumbuhan deposit pada Oktober 2021 tercatat sebesar 9,4 persen (yoy), sejalan dengan likuiditas yang masih longgar. "Ini membuat pertumbuhan deposit secara tahun kalender [year-to-date/ytd] sebesar 8,7 persen serta loan to deposit ratio [LDR] stabil di 78,9 persen," tulis Andry.
Merujuk pada data September 2021, pertumbuhan deposit bank BUKU 4 tetap bertahan kuat sebesar 11,4 persen (yoy) dengan pertumbuhan kredit 8,6 persen (yoy). Pada saat yang sama LDR turun tipis ke 78,4 persen (yoy).
Di sisi lain, pertumbuhan deposit pada bank BUKU 3 melambat ke 1,2 persen (yoy) akibat berkurangnya jumlah bank yang ada di kelompok BUKU 3 pada periode 21 September 2020, ke 20 September 2021. Akibatnya, LDR tumbuh 83,8 persen (yoy).
Pada kelompok bank BUKU 2, pertumbuhan deposit tumbuh 7,3 persen dengan kredit yang terkontraksi 5,2 persen (yoy) dan LDR turun ke 72,2 persen (yoy).
Sejalan dengan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi, Andry menyampaikan bahwa kebijakan moneter tetap akomodatif. Bank Indonesia (BI) telah menyuntikkan likuditas dengan quantitative easing (QE) ke sistem perbankan sebesar Rp137,2 triliun.
Selain itu, BI telah membeli SBN pemerintah pada pasar primer sebesar Rp143,3 triliun untuk pembiayaan APBN. "Oleh karena itu, likuditas tetap ample dengan total penempatan pada instrumen BI mencapai Rp819,2 triliun pada akhir November 2021," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel