Balai Kereta Api Ringan Sumsel Tawarkan Pemanfaatan Aset LRT

Bisnis.com,07 Des 2021, 12:33 WIB
Penulis: Dinda Wulandari
Kepala Balai Kereta Api Ringan Sumatra Selatan Pri Galih memaparkan perkembangan operasional LRT Sumsel saat press tour. /Bisnis-Dinda Wulandari

Bisnis.com, PALEMBANG – Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatra Selatan membuka peluang kerja sama pemanfaatan aset light rail transit atau LRT dengan pihak ketiga.

Kepala Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatra Selatan (Sumsel), Prih Galih, mengatakan langkah tersebut sebagai strategi untuk mendongkrak pendapatan di luar koor bisnis LRT.

“Sebetulnya sudah ada yang minat tetapi karena pandemi Covid-19, harganya belum sesuai antara kami dan pihak ketiga tersebut,” katanya di sela acara Press Tour, Senin (6/12/2021) malam.

Galih mengatakan pihaknya menawarkan pemanfaatan bagian di dalam dan luar stasiun, maupun di dalam kereta LRT untuk ruang beriklan.

Diketahui, LRT Sumsel beroperasi di rel sepanjang 23,4 kilometer. Kereta yang resmi beroperasi pada 2018 itu memiliki 13 stasiun yang tersebar mulai dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II hingga Stasiun OPI Mall di Kawasan Jakabaring.

Dia menjelaskan, pihak swasta bisa memanfaatkan ruang di 13 stasiun tersebut, hingga ratusan tiang yang menyangga rel LRT.

Menurutnya, saat ini pendapatan LRT Sumsel masih bersumber dari tiket penumpang moda transportasi tersebut.

Sementara untuk tiket LRT sendiri masih mendapat subsidi pemerintah pusat lantaran masuk dalam kategori tarif kereta perintis. Diketahui, tarif LRT masih dipatok senilai Rp5.000 antar stasiun, dan Rp10.000 untuk perjalanan dari dan ke Stasiun Bandara SMB II Palembang.

Oleh karena itu, menurut Galih, jika pihaknya bisa menggenjot pendapatan di luar bisnis utama LRT Sumsel maka ada potensi untuk mengurangi subsidi.

“LRT Sumsel masih mendapatkan subsidi senilai Rp119 miliar dari APBN 2022. Subsidi tersebut digunakan untuk pperasional dan perawatan,” katanya.

Namun demikian, Galih menilai, pemerintah di negara maju sekali pun masih turun tangan untuk mengatasi kemacetan dengan mensubsidi moda transportasi massal, seperti kereta.

“Nilai kemacetan itu sangat besar jika dihitung, makanya pemerintah pusat masih terus melakukan subsidi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ajijah
Terkini