Kenaikan Harga Telur Koreksi Harga Menuju Normal

Bisnis.com,08 Des 2021, 11:28 WIB
Penulis: Choirul Anam
Ilustrasi./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, MALANG — Kenaikan harga telur merupakan koreksi harga menuju normal setelah mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir.

Deputi Kepala Perwakilan BI Malang, Cicilia Melly A., mengatakan peningkatan harga telur ayam ras pada November 2021 disebabkan karena meningkatnya harga di sisi peternak.

“Juga, adanya koreksi harga menuju ke harga normal setelah mengalami penurunan harga selama beberapa bulan terakhir,” katanya di Malang, Selasa (7/12/2021).

Pada periode November 2021, Kota Malang mengalami inflasi sebesar 0,26 persen (mtm), 1,01 persen (ytd) dan 1,35 persen (yoy) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,08.

Realisasi inflasi Kota Malang pada bulan ini (mtm) sementara tercatat tertinggi sepanjang tahun 2021, meskipun masih lebih rendah dari Jawa Timur dan Nasional dimana masing-masing terealisasi sebesar 0,35 persen (mtm) dan 0,37 persen(mtm). Adapun seluruh kota IHK di Jawa Timur mengalami inflasi pada bulan November 2021.

Kelompok pengeluaran yang menjadi pendorong inflasi terbesar, yakni kelompok makanan, minuman dan tembakau serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya. Kelompok makanan, minuman dan tembakau menjadi penyumbang inflasi tertinggi sebesar 0,14 persen.

Berdasarkan komoditasnya, kata dia, minyak goreng menjadi penyumbang inflasi tertinggi pada bulan ini, diikuti dengan telur ayam ras, angkutan udara, jeruk, dan sabun detergen.

Kenaikan harga minyak goreng sejalan dengan naiknya harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dunia sebagai dampak terjadinya penurunan pasokan bahan baku.

Selain itu, terjadi kenaikan tarif angkutan udara di tengah mobilitas masyarakat yang meningkat. Laju inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh komoditas penyumbang deflasi terbesar, yakni cabai rawit, mangga, bawang merah, bawang putih dan tomat. Faktor utama pendorong merosotnya harga berbagai komoditas tersebut karena terjadinya panen di berbagai wilayah sentra produksi.

Peneliti Senior Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, mengingatkan perlu mewaspadai kenaikan harga pada bahan-bahan makanan atau volatile food menjelang akhir tahun atau Desember karena berpotensi mendongkrak inflasi di Malang meski naiknya menunjukkan tren positif, yakni mengindikasikan geliat ekonomi dan perbaikan daya beli masyarakat.

Inflasi November di Kota Malang disumbang oleh pergerakan kelompok bahan pangan. “Kenaikan harga telur pada awal November dan minyak goreng di pertengahan November menjadi sinyal volatile food menguat,” katanya.

Disatu sisi, kata dia, pergerakan inflasi pada November ini mengindikasikan geliat ekonomi dan perbaikan daya beli masyarakat. Akan tetapi, hal ini patut diwaspadai, terlebih pola inflasi yang menguat karena kenaikan permintaan komoditi pada saat Nataru.(K24)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini