Apa itu Blockchain dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Bisnis.com,11 Des 2021, 15:30 WIB
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Ilustrasi sistem blockchain apa aset kripto/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Bila Anda adalah seorang investor kripto (cryptocurrency), blockchain barangkali bukan lagi suatu istilah yang asing. Apa itu blockchain dan bagaimana cara kerjanya?

Bila Anda belum familiar dengan istilah yang satu ini, cara paling gampang memahami blockchain adalah dengan mengibaratkannya seperti sebuah buku transaksi besar. Bedanya buku menyimpan tulisan. Sedangkan blockchain menyimpan informasi-informasi secara elektronik ke dalam format digital.

Inilah mengapa blockchain penting dalam sebuah transaksi atau pergerakan aset kripto. Sebagai sebuah buku besar, blockchain berperan menjaga catatan transaksi agar tetap aman.

Ibarat Anda menabung di rekening, pasti ada lembaga perbankan yang memiliki data lengkap historis transaksi Anda bukan? Nah, seperti itulah gambaran kedudukan blockchain.

Lantas, bagaimana cara kerja blockchain?

Menurut Economic Sociologist sekaligus asisten profesor di Hebrwe University Adam Hayes, blockchain pada dasarnya dapat digolongkan sebagai sebuah pusat data atau database.

Namun, berbeda dengan database lain, blockchain menjamin setiap catatan yang ada tetap aman, tidak bisa dilacak, dan diganggu gugat oleh siapa pun. Catatan ini terdesentralisasi dan tidak memerlukan bantuan pihak ketiga.

Karakteristik itu pula yang membuat aset kripto juga terdesentralisasi. Dalam hal ini, tidak ada pihak yang memiliki otoritas untuk mengatur peredarannya. Tidak seperti mata uang yang—biasanya—pergerakannya dijaga oleh sebuah bank sentral.

Perbedaan blockchain dan database, masih menurut Hayes, adalah dalam hal struktur penyusunnya. Database lazimnya menyusun informasi ke dalam tabel, yang bisa dilihat, dihapus ataupun diubah selama pihak tertentu memiliki akses.

“Sedangkan blockchain mengumpulkan informasi secara bersama ke dalam kelompok-kelompok yang disebut blok, yang kemudian menyimpan sekumpulan informasi. Blok memiliki kapasitas penyimpanan tertentu, dan ketika diisi, lalu ditutup, lalu ditautkan ke blok terisi yang lain, akan membentuk rantai,” kata Hayes dalam artikelnya di Investopedia seperti dikutip pada Sabtu (11/12/2021).

Itu pula alasan teknologi ini dinamai blockchain. Block dalam Bahasa Inggris berarti blok, dan chain berarti rantai. Tidak seperti sebuah tabel, yang namanya block tidak bisa diubah-ubah lagi ketika data sudah ditutup. Tidak heran bila transaksi kripto, seperti halnya sifat blockchain, juga tidak bisa diutak-atik lagi ketika sudah terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

  1. 1
  2. 2
Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Feni Freycinetia Fitriani
Terkini