Bisnis.com, JAKARTA -- PT BNI Life Insurance (BNI Life) menargetkan dapat menghimpun pendapatan premi mencapai lebih dari Rp5 triliun pada 2022. Pematokan target tersebut seiring dengan optimisme perseroan bahwa kinerja bisnis asuransi akan membaik pada tahun depan.
Direktur Keuangan BNI Life Eben Eser Nainggolan mengatakan, ketidakpastian akan kondisi pandemi ke depan merupakan tantangan yang perlu di antisipasi. Namun, di sisi lain, kesadaran masyarakat untuk memiliki perlindungan asuransi makin meningkat. Menurutnya, hal ini menjadi peluang yang baik bagi perseroan.
"Maka dari itu kami tetap optimis bahwa pada tahun 2022 kinerja bisnis asuransi akan membaik. Pada tahun 2022 BNI Life menargetkan pendapatan premi sebesar lebih dari Rp5 triliun," ujar Direktur Keuangan BNI Life Eben Eser Nainggolan kepada Bisnis, Senin (13/12/2021).
Untuk mencapai target pendapatan premi tahun depan, Eben menyebut bahwa BNI Life masih akan terus berfokus pada penjualan produk regular dan unit-link. Selain itu, pihaknya juga berkomitmen untuk terus mengembangkan berbagai inovasi, baik dari sisi layanan maupun produk.
"Kami juga terus melakukan inovasi di sisi layanan dan produk demi memastikan kepuasan nasabah terjamin," katanya.
Adapun, per Oktober 2021, BNI Life berhasil membukukan pendapatan premi senilai Rp3,7 triliun dan pertumbuhan aset sekitar 14 persen menjadi Rp22,3 triliun, serta mencatat tingkat kesehatan asuransi atau risk based capital sebesar 706 persen. Hal ini membuktikan bahwa BNI Life memiliki kondisi keuangan yang sehat di tengah kondisi makro ekonomi yang masih terkoreksi.
BNI Life juga tercatat telah membayarkan klaim meninggal dan klaim manfaat senilai Rp1,25 triliun kepada nasabah sampai dengan Oktober 2021.
Sementara itu, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) optimistis prospek bisnis industri asuransi jiwa pada 2022 akan lebih baik dibandingkan tahun ini.
Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon mengatakan, kebanyakan para manajemen perusahaan asuransi dan chief economist menatap kondisi bisnis di 2022 lebih optimistis dibandingkan 2021. Dengan membaiknya kondisi kinerja asuransi jiwa tahun ini, menurutnya, para pelaku usaha akan mulai memacu bisnisnya di tahun depan.
"Kami memandang 2022 dengan optimistis dan tidak ada upaya wait and see. Rasanya dari Januari 2022, anggota AAJI akan mulai mewujudkan semua rencana bisnisnya," ujar Budi, Rabu (8/12/2021).
Dia tak mengesampingkan adanya potensi pandemi Covid-19 yang masih berlanjut di 2022 dan kemungkinan munculnya varian virus baru, seperti Omicron. Namun, dia menilai bahwa perusahaan di semua lini bisnis, termasuk asuransi jiwa, semakin bisa beradaptasi untuk bertahan. Dia percaya sekalipun pandemi Covid-19 masih berlanjut, para pelaku usaha akan semakin terbiasa dan menemukan inovasi baru dalam menjalankan bisnisnya.
"Kami akan semakin terbiasa, akan makin menemukan cara-cara baru menjalankan bisnis kami, memasarkan produk kami, dan melayani nasabah kami. Banyak yang percaya pandemi akan melandai. Semakin ke sini imunitas semakin terbentuk. Meski ada kasus positif, tapi dampak keparahannya mungkin akan jauh lebih terkendali," katanya.
Hingga kuartal III/2021, kinerja industri asuransi jiwa menunjukkan tren penguatan dan bahkan lebih baik dibandingkan kondisi sebelum pandemi Covid-19. AAJI mencatat total perolehan premi industri asuransi jiwa mencapai Rp149,36 triliun sampai dengan kuartal III/2021 atau tumbuh 11,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Capaian tersebut juga melampaui capaian per kuartal III/2019 yang mencapai Rp146,43 triliun.
Perolehan premi bisnis baru tercatat mencapai Rp94,2 triliun atau naik 17,6 persen dibandingkan kuartal III/2020, sementara premi lanjutan tercatat mencapai Rp55,15 triliun atau naik 2,4 persen dibandingkan kuartal III/2020.
Produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unit-link, masih mendominasi dengan kontribusi sebesar 62,5 persen dari total pendapatan premi. Hingga kuartal III/2021, produk asuransi jiwa unit-link bernilai total Rp93,31 triliun atau naik 9 persen year-on-year (yoy), sementara produk bertipe tradisional mencapai Rp56,04 triliun atau naik 15,7 persen yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel