Bisnis.com, SURABAYA - Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Timur optimistis tahun depan jika kondisi semakin kondusif maka kinerja ekspor bisa meningkat hingga 25 persen.
Ketua GPEI Jatim, Isdarmawan Asrikan mengatakan peningkatan ekspor tersebut seiring dengan semakin meredanya pandemi Covid-19. Ekspor diperkirakan meningkat terutama ke negara-negara yang banyak terdapat warga negara Indonesia (WNI) atau Pekerja Migram Indonesia (PMI) seperti Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, Malaysia dan Timur Tengah.
“Di tahun ini saja, kinerja ekspor sampai kuartal III tercapai US$15,3 miliar atau naik dibandingkan kuartal III/2020 yakni US$13,7 miliar. Lalu di akhir tahun, biasanya pengiriman kargo ke luar negeri meningkat karena untuk memenuhi keperluan liburan akhir tahun dan tahun baru,” ujarnya, Senin (13/12/2021).
Dia mengatakan beberapa jenis komoditas yang mengalami peningkatan ekspor di kuartal III tahun ini adalah lemak, dan minyak hewan/nabati yang peningkatanya mencapai 62 persen, lalu kayu dan barang dari kayu yang meningkat 25 persen.
“Selain itu juga ada tembaga serta bahan kimia organik yang tumbuh lebih dari 20 persen. Sedangkan perhiasan permata turun 46,69 persen dari US$2,17 juta menjadi US$1,16 juta, padahal perhiasan selama ini menjadi komoditas ekspor andalan Jatim,” ujarnya.
Isdarmawan menambahkan untuk tren impor pun juga mengalami peningkatan 23 persen dari US$12,38 juta, menjadi US$15,3 juta. Peningkatan impor ini untuk menunjang kebutuhan industri dalam negeri yang juga sudah mulai bergerak.
Sepanjang tahun ini, katanya, ekspor sempat terganggu akibat mahalnya ongkos kapal ke luar negeri yang meningkat sampai 500 persen. Sehingga kondisi tersebut melemahkan daya saing industri.
Namun begitu, untuk menjaga performa ekspor, pengusaha mulai melirik alternatif pengiriman barang, misalnya menggunakan bulk freight atau muatan curah. Komoditas yang bisa menggunakan metode ini adalah barang-barang yang tidak mudah rusak seperti besi, baja atau plastik.
“Ini bisa menjadi solusi untuk ekspor ke negara-negara yang dekat seperti China. Jadi barang cukup dipacking tanpa kontainer,” katanya.
Isdarmawan mencontohkan lagi, pengiriman juga bisa menggunakan kapal curah yang dilakukan melalui pelabuhan Probolinggo ke Spanyol, dan pengiriman semen ke Timor Leste yang tidak perlu menggunakan kontainer.
“Dengan adanya beberapa alternatif ini, pengusaha tidak lagi bergantung pada kontainer. Ada soulsi lain meskipun volumenya tidak besar, tapi aktivitas bisnis tidak terhenti,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel