Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 dapat mencapai angka 5,2 persen, seiring dengan berlanjutnya reformasi struktural, deregulasi, dan debirokratisasi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan tahun depan menjadi momentum tepat untuk kembali menorehkan kinerja ekonomi terbaik pasca pandemi.
“Dengan penanganan yang komprehensif seperti yang diarahkan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, kami optimistis pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh di atas 5 persen atau sesuai APBN 5,2 persen,” ujarnya di acara Market Outlook 2022, Jakarta, baru-baru ini.
Sejalan dengan hal tersebut, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) optimistis kinerja fungsi intermediasi pada 2022 lebih agresif. Selain karena suku bunga kredit, hal ini diikuti oleh transformasi digital yang semakin meningkatkan dana murah guna mencetak laba lebih baik.
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menuturkan perseroan siap menjawab tantangan bisnis pada 2022. Menurutnya, tahun depan akan lebih baik karena masyarakat perlahan-lahan beradaptasi dengan kondisi new normal.
Dia menyatakan kinerja bisnis BNI pada 2021 sangat memuaskan. Laba bersih hingga kuartal III/2021 tumbuh 96,7 persen secara tahunan (yoy). Hal ini didukung fee based income dan interest margin yang masing-masing terkerek sebesar 17,7 persen dan 16,8 persen yoy.
Sebagai persiapan ekspansi, Novita menyampaikan bahwa BNI saat ini memiliki modal yang sangat cukup untuk menjaga akselerasi pengembangan bisnis tahun depan.
Terlebih, perseroan telah melakukan penerbitan surat utang yang memperkuat modal inti tier 2 dan modal inti tier 1 sehingga mendorong CAR ke posisi 19,9 persen. Percetakan laba tahun ini juga dinilai akan menambah kekuatan modal inti BNI secara organik.
Kualitas kredit juga semakin baik. Non-performing loan (NPL) BNI pada kuartal ketiga tahun ini telah berada di posisi 3,8 persen dari periode sama tahun lalu, yang sebesar 4,3 persen.
BNI juga pun mampu meningkatkan daya saing suku bunga kredit. Hal ini berkat penghimpunan dana murah yang agresif tahun ini sehingga cost of fund terpangkas hingga 1,6 persen.
“Hal-hal ini untuk dapat membantu ekspansi kredit kami ke depan. Kami juga secara aktif melakukan transformasi layanan dan memperkuat layanan pelayanan,” kata Novita.
Novita juga menuturkan perseroan telah meresmikan BNI sekuritas di Singapura untuk mengoptimalkan segmen korporasi dan Xpora guna mendukung debitur umkm Go Global.
Selama pandemi, BNI juga memperkuat transformasi digital untuk meningkatkan kapabilitas transactional banking, termasuk berkolaborasi dengan fintech dan e-commerce.
Penguatan tersebut diantaranya mendigitalisasi platform bisnis perusahaan, pengembangan produk-produk digital, dan memperkuat ekosistem digital dengan API Open Banking.
“Saat ini, BNI adalah bank yang unggul dalam pengembangan API Open Banking dengan 283 jenis layanan dan sudah digunakan oleh 4.000 klien,” ujarnya.
Hingga September 2021, BNI memiliki 2.263 outlet dalam negeri yang tersebar di 34 provinsi dan 420 kabupaten/kota serta 8 outlet luar negeri yang tersebar di berbagai negara.
BNI memiliki 23 Commercial Business Center (SBK), 27 SME Business Center (SBE), serta 12 Consumer Loan Center (SKK). BNI juga memiliki jaringan Agen46 (Branchless Banking) di 149.041 lokasi.
BNI kini memiliki 16.392 ATM yang tersebar di 34 provinsi dan 521 kabupaten/kota termasuk 6 ATM di luar negeri, yaitu 4 ATM di Hong Kong dan 2 ATM di Singapura. Jaringan ATM ini dapat melayani transaksi kartu debit berlogo GPN, Link, ATM Bersama, dan Prima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel