Utang Garuda Indonesia (GIAA) Diklaim Tidak Sampai Bebani Finansial AP II

Bisnis.com,13 Des 2021, 15:13 WIB
Penulis: Anitana Widya Puspa
rnrnDokumentasi. Pekerja melakukan pengecekan akhir livery masker pesawat yang terpilih sebagai pemenang, sebelum peluncuran pesawat Garuda Indonesia Boing 737-800 NG bercorak khusus yang menampilkan visual masker bertema Indonesia Pride pada bagian moncong pesawat di Hanggar GMF AeroAsia Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. /ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II Muhammad Awaluddin menilai utang yang dimiliki PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) tak bakal menjadi beban finansial perseroan selama maskapai nasional itu berkomitmen melakukan pembayaran.

“Itu biasa saja utang [Garuda]. Itu kan utang dagang dalam satu korporasi. Selama dia bayar, apa masalahnya. Kan dia [Garuda] bayar,” ujarnya usai konferensi pers, Senin (13/12/2021).

Sebelumnya, rekan operator bandara pelat merah lainnya, PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I telah menjadwalkan ulang jatuh tempo pembayaran utang operasi PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) senilai Rp290 miliar.

Direktur Utama AP I Faik Fahmi mengatakan, telah membantu semaksimal mungkin agar maskapai pelat merah tersebut bisa bertahan dan memulihkan diri dari kesulitan yang dihadapi.

Perseroan bersama dengan emiten berkode saham GIAA tersebut juga telah melakukan perpanjangan periode pembayaran utang operasional.

Faik menyebut, nilai outstanding utang Garuda tersebut sekitar Rp290 miliar. Nominal tersebut, kata Faik, tidak terlalu besar apabila dibandingkan dengan PT Angkasa Pura II (Persero).

“Iya kami melakukan perpanjangan masa pembayaran, tapi memang jumlahnya tidak terlalu besar. Utang ke kami kan utang operasional Rp290 miliar. Kami sepakati,” ujarnya.

Secara total, maskapai penerbangan tersebut memiliki utang hingga senilai Rp370 miliar kepada PT Angkasa Pura I (Persero).

Direktur Keuangan AP I Andy Bratamihardja mengonfirmasi terdapat sejumlah piutang yang belum dibayar kepada AP I, salah satunya dari maskapai. Porsi piutang maskapai penerbangan sebesar 41 persen dari keseluruhan piutang perusahaan.

“Per 30 November 2021 ini, piutang kami di posisi Rp900 miliar totalnya. Di mana maskapai penerbangan itu sebesar 41 persen, atau sekitar Rp370 miliar,” ujarnya.

Sementara itu, sisanya terdapat piutang dari supplier AP I. Salah satunya, yakni tenant yang menyewa tempat di bandara. Porsi piutang selain dari maskapai, menurutnya, justru lebih besar.

Terkait dengan piutang maskapai tersebut, Andy menjelaskan bahwa sejumlah maskapai telah memiliki kesepakatan dengan perseroan untuk menyelesaikan utangnya.

Kami sudah tandatangan kesepakatan dengan [maskapai] yang besar-besar, dan Insyaallah bisa semuanya segera terealisasi. Jadi kami tidak ekspektasi lewat dari 2022,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Lili Sunardi
Terkini