Bumi Resources (BUMI) Bakal Restrukturisasi Utang Jatuh Tempo 2022

Bisnis.com,14 Des 2021, 18:50 WIB
Penulis: Mutiara Nabila
Operasional tambang batu bara kelompok usaha Bumi Resources./bumiresources.com

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten Grup Bakrie PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) berfokus untuk membayar utangnya dengan jumlah jumbo, termasuk menjajaki upaya untuk bisa mempermudah pembayaran utang yang jatuh tempo tahun depan.

VP Finance BUMI Nugroho Damardono mengatakan bahwa untuk utang yang jatuh tempo pada 2022, BUMI tengah menjajaki untuk restrukturisasi utang-utangnya.

“Kita telah menunjuk konsultan Boston Consultant Group untuk membantu kita melakukan negosiasi. Kita harapkan bisa menyelesaikan restrukturisasi tahun depan dan bisa menekan jumlah beban bunga yang kita hadapi saat ini,” ujarnya dalam paparan publik, Selasa (14/12/2021).

Adapun, untuk tahun ini utang pokok Tranche A sebesar US$595,5 telah berkurang sebesar US$ 282,4 juta dan bunga Tranche A dibayarkan secara tunai.

Nugroho menjelaskan utang keseluruhan saat ini meningkat dari US$1,67 miliar menjadi US$ 1,79 miliar karena kapitalisasi pada bunga utang seluruh Tranche.

“Tapi yang kita beri perhatian adalah utang pokok Tranche A kita sudah berkurang menjadi US$282,4 juta, dan kemudian utang keseluruhan ada peningkatan itu karena adanya komponen interest yang harus dibayar,” jelasnya.

Dia menambahkan, kemungkinan pada akhir tahun BUMI akan mencoba bayar utang seperti yang telah dibayarkan sebelumnya.

“Ini jadi perhatian juga bahwa harga batu bara itu akan berdampak pada jumlah utang yang kita bayar,” kata Nugroho.

Dari sisi harga batu bara, BUMI menjadi salah satu emiten komoditas batu bara yang mendapat keuntungan besar dari kenaikan harga sepanjang tahun ini, dengan harga batu bara BUMI di kisaran US$68 – US$72 per ton dari tahun sebelumnya di kisaran US$45.

Direktur BUMI Sri Dharmayanti menambahkan, BUMI optimistis tahun depan masih bisa mencetak kinerja yang optimal melihat pada 2022 diprediksi harga batu bara global masih akan bergerak di kisaran US$140 – US$160.

“Permintaan dari China dan India masih sangat bagus dan Covid-19 yang sudah recover, harga LNG masih di atas US$30 ini juga mendorong pembangkit listrik kembali ke batu bara,” ujarnya.

Untuk tahun depan, BUMI menargetkan produksi batu bara melalui Kaltim Prima Coal (KPC) dan Arutmin direncanakan sekitar masing-masing 61 juta ton dan 29 Juta ton.

“Jadi total 90 juta ton. Karena harga masih bertahan di atas US$100, perseroan akan menghasilkan keuntungan yang baik,” ungkapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini