Tiga Saham Bank Mini Amblas Lebih dari 6 Persen. BSIM Huni Top Losers

Bisnis.com,14 Des 2021, 18:15 WIB
Penulis: Dionisio Damara
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan ponsel di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (6/10/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Tiga saham bank mini dengan modal di bawah Rp6 triliun, yakni Bank Sinarmas (BSIM), Bank Nationalnobu (NOBU), dan Allo Bank Indonesia (BBHI) anjlok lebih dari 6 persen pada perdagangan hari ini, Selasa (14/12/2021).

Berdasarkan data RTI, Bank Sinarmas mengalami penurunan paling tinggi yakni sebesar 6,73 persen ke level Rp970 per saham. Koreksi tersebut membawa saham BSIM menghuni jajaran top losers pada perdagangan hari ini. 

Pada perdagangan kemarin, saham BSIM sempat melonjak 9,47 persen ke level Rp1.040. Adapun sepekan terakhir sahamnya sudah naik 7,18 persen.

Di posisi berikutnya ada Bank Nobu yang mengalami penurunan harga saham sebesar 6,55 persen ke level Rp785. Tercatat total saham NOBU yang diperdagangkan hari ini mencapai 68,4 juta dengan nilai turnover Rp55,1 miliar.

Selama satu pekan terakhir, saham NOBU terpantau masih di zona hijau dengan pertumbuhan sebesar 4,67 persen. Namun, jika ditarik jauh ke belakang, saham perseroan terkoreksi 16,49 persen selama sebulan terakhir dan anjlok 35,12 persen dalam kurun tiga bulan.

NOBU diketahui baru saja menjalani penambahan modal lewat skema rights issue. Dalam aksi itu, perseroan menetapkan harga pelaksanaan Rp1.205 per unit saham. Dengan jumlah sebanyak 164,37 juta saham yang diterbitkan, perseroan diperkirakan meraup dana Rp198,06 miliar.

Sementara itu, Allo Bank Indonesia menutup perdagangan hari ini dengan koreksi sebesar 6,35 persen menuju level Rp7.375 per saham. Total saham yang diperdagangkan mencapai 7,8 juta dengan nilai turnover Rp57,3 miliar.

BBHI juga berencana melakukan aksi tambah modal lewat rights issue. Namun, hingga 10 Desember 2021, lampu hijau Otoritas Jasa Keuangan terhadap aksi tersebut belum juga menyala.

Dalam prospektus awal, rencana itu dirancang mendapatkan efektif pada 6 Desember 2021. Namun, manajemen BBHI tetap kukuh bahwa rencana mereka akan tereksekusi sesuai target.

Kendati masih belum ada pengumuman pembeli siaga, BBHI juga pede target dana yang mereka pancang akan tercapai. Lebih-lebih right issue ini juga berpotensi menjadi pintu masuk bagi investor strategis baru, meski perseroan masih irit bicara soal investor baru tersebut.

“Saat ini kami masih dalam tahap penjajakan dengan investor strategis. Memang ada investor yang sangat tertarik bergabung. Tetapi mengenai hal ini mungkin akan kami sampaikan pada lain kesempatan,” kata Direktur Operasional dan IT BBHI Arief Tendeas.

Isu segera hadirnya investor strategis belakangan memang berhembus kencang. Apalagi seiring keputusan Chairul Tanjung melalui perusahaan induk PT Mega Corpora, untuk tidak menyerap seluruh hak saham barunya pada rights issue mendatang.

Mengacu prospektus sementara pada bulan lalu, Mega Corpora berencana menyerap sekitar 2,71 miliar lembar saham. Jumlah ini setara 30 persen dari keseluruhan hak saham rights issue milik PT Mega Corpora, yang mencapai sekitar 9,04 miliar lembar.

Keputusan tersebut bakal membuat porsi saham PT Mega Corpora di BBHI mengalami dilusi hampir 30 persen pasca-rights issue. Tepatnya dari 90 persen menjadi kisaran 60,87 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Azizah Nur Alfi
Terkini