Bisnis.com, JAKARTA – Kabar PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang akan mengakuisisi bank kecil kembali muncul ke permukaan.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK, Slamet Edy Purnomo dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenge 2022, Rabu (15/12/2021) menuturkan bahwa tantangan struktural perbankan saat ini memunculkan kecenderungan pola bermain dengan investor strategis, serta melakukan langkah konsolidasi.
“Beberapa bank kita mengambil juga ada, seperti BCA mengambil Bank Royal, kemudian Bank Mega mengambil Bank Harda, lalu BNI mengambil Bank Mayora. Ini dari sisi konsolidasi,” ujarnya.
Hal ini pun semakin mengerucutkan kabar yang selama ini menyebutkan bank dengan kode saham BBNI itu berencana mengambil alih bank yang masuk dalam klasifikasi bank umum kegiatan usaha (BUKU) 2 untuk dikembangkan sebagai bank digital.
Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini saat ditemui di Jakarta pada akhir November 2021 mengatakan bahwa perseroan akan mengungkap mitra yang digandeng dalam proses pengembangan bank digital pada awal 2022.
Novita menuturkan bahwa perseroan akan mengungkap mitra yang akan digandeng oleh BNI setelah proses kesepakatan rampung. Selain itu, perseroan juga masih menunggu persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan rapat umum pemegang saham (RUPS).
Dia juga menambahkan bahwa untuk masuk ke bank digital, BNI perlu menggandeng mitra dengan ekosistem yang kuat. Di sisi lain, segmen yang akan disasar juga masih dalam proses diskusi hingga kesepakatan rampung.
“Ketika kami mau akuisisi atau masuk ke digital itu harus ada yang punya ekosistem. Jadi, kalau misalnya kami akan menggandeng partner, adalah partner yang memiliki ekosistem kuat, FMCG [Fast Moving Consumer Goods], misalnya,” tuturnya.
Sebelumnya, Direktur IT & Operasi Bank BNI Y.B Hariantono mengatakan bahwa perseroan telah berada di posisi cukup serius dalam menyiapkan bank digital. Segmen yang bakal disasar oleh BNI juga sudah ditentukan, meski saat ini belum diungkapkan.
Perseroan juga telah menyiapkan secara rinci ekosistem seperti apa yang akan dibentuk, serta mitra atau partner yang akan digandeng dalam ekosistem itu.
“Itu semua kami atur bagaimana kami mengakuisisi suatu segmen customer atau ekosistem tertentu. Jadi, kami sudah menyiapkan hal-hal seperti itu,” ujar Hariantono.
Dia menambahkan bahwa untuk menjalankan entitas baru dibutuhkan kapabilitas teknologi mumpuni. Menurutnya, hal ini tidak bisa dilakukan dengan cara-cara yang biasa dilakukan oleh perusahaan konvensional.
Selain itu, Hariantono juga menyatakan bahwa dalam proses pembentukan bank digital, BNI telah menyiapkan kombinasi stakeholder yang mempunyai kekuatan tersendiri untuk menjalankan perusahaan tersebut nantinya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel