UangTeman Sulit Bayar Gaji hingga Cari Investor demi Survive, Kompetisi Fintech Makin Keras?

Bisnis.com,16 Des 2021, 11:31 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
UangTeman/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Kisah salah satu fintech peer-to-peer (P2P) lending berizin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) UangTeman besutan PT Digital Alpha Indonesia yang nyaris bangkrut, mencerminkan makin kerasnya persaingan di industri fintech.

Sebagai informasi, UangTeman dikeluhkan oleh karyawan dan mantan karyawannya sendiri karena tidak membayar gaji setahun terakhir, serta disebut berbohong soal pemotongan gaji buat pembayaran pajak penghasilan (PPh) karyawan dan iuran BPJS Ketenagakerjaan.

Perwakilan Karyawan UangTeman pun membuat petisi terkait hal ini, menuntut manajemen untuk membayarkan hak-hak karyawan yang tertunggak. Ketika berita ini ditulis, petisi via Change.org ini telah ditandatangani 411 orang.

Ketika dikonfirmasi Bisnis soal kabar ini, manajemen UangTeman mengalihkan segala informasi kepada FTI Consulting Inc sebagai penasihat keuangan sekaligus perwakilan pemegang saham mayoritas.

Managing Director in the Corporate Finance & Restructuring segment of FTI Consulting, Foreky Wong menyebut pihaknya masih mengidentifikasi opsi yang sesuai dan layak bagi UangTeman untuk dapat mempertahankan bisnisnya.

FTI mengakui bahwa kabar terkait tunggakan-tunggakan UangTeman yang dikeluhkan karyawan dan mantan karyawan tersebut benar adanya. Terkini, FTI dan manajemen tengah mencoba opsi paling masuk akal untuk mencoba menyelamatkan UangTeman.

"FTI bertujuan untuk mewujudkan rencana yang telah ditetapkan, berupaya mengatasi tantangan mendesak UangTeman saat ini, dan memungkinkan perusahaan untuk mencapai posisi keuangan yang lebih kuat untuk menyelesaikan pinjaman dan pembayaran yang belum dibayar, termasuk kompensasi terhadap karyawan," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (15/12/2021) malam.

Adapun, ketika ditanya mengenai potensi penyelamatan UangTeman lewat pencarian investor baru atau potensi diakuisisi, Foreky tak membantahnya, namun belum bisa memberikan informasi lebih lanjut.

"Kami belum bisa memberikan informasi pada tahap ini. Namun, kami dapat meyakinkan bahwa kami akan memberitahukan segera setelah kami dapat mengungkapkan investornya," tambahnya.

Ketika dikonfirmasi Bisnis, CEO UangTeman, Aidil Zulkifli pun hanya memberikan sinyal positif bahwa pihaknya sudah punya gambaran soal calon investor yang berminat mengakuisisi UangTeman, "InsyaAllah dalam waktu dekat [akan diinformasikan]."

Sekadar informasi, UangTeman sudah cukup lama vakum memberikan pelayanan P2P lending. Padahal, platform ini termasuk senior karena sudah mendapatkan izin OJK sejak 2019, bahkan sempat menggenggam pendanaan Seri A yang terbilang jumbo, senilai US$12 juta pada Agustus 2018.

Mantan karyawan UangTeman menyebut bahwa UangTeman mulai goyang sejak gagal merealisasikan putaran pendanaan Seri B senilai US$10 juta dari beberapa investor, pada medio Oktober 2019 lalu. Hal ini dianggap menjadi penyebab UangTeman tak siap menghadapi krisis selama 2020.

Cara Mendaftar Di UangTeman Affiliate Program. /UangTeman

Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Kuseryansyah menjelaskan bahwa fenomena UangTeman merupakan cerminan rentannya bisnis fintech yang belum bisa lulus dari 'fase prihatin'.

Terlebih, bila platform yang kurang bisa bersaing mendapat tekanan eksternal tambahan seperti pandemi Covid-19 sejak tahun lalu, yang menyebabkan sepinya permintaan kredit atau pinjaman produktif maupun konsumtif.

Namun, Kus melihat secara umum kondisi keuangan para pemain industri fintech P2P lending terus membaik. Buktinya, beberapa platform telah mencapai break even point (BEP) dan mulai menyumbang peningkatan akumulasi laba buat industri yang per Oktober 2021 telah mencapai Rp262,5 miliar sesuai statistik OJK.

"Kalau tata kelola dan operasional suatu platform [P2P lending] bagus, saya yakin setelah 3,5 tahun sudah mulai bisa membukukan profit. Karena kebutuhan [pinjaman] di lapangan itu besar dan tahun ini para anggota AFPI baru bisa ikut berkontribusi menyumbang credit gap sebesar 10 persen [dari kebutuhan total Rp1.650 triliun] per tahun. Artinya, potensi masing-masing platform masih bisa terus dioptimalkan," jelasnya kepada Bisnis.

Oleh sebab itu, AFPI percaya bahwa platform P2P lending yang telah memperoleh legalitas tapi masih perlu suntikan modal untuk mendongkrak kinerja, atau terbilang senasib seperti UangTeman, tak akan kesulitan mendapatkan investor.

Terpenting, platform bisa membuktikan dirinya bisa survive, menjamin tata kelola yang baik, punya kemampuan bersaing dengan platform lain, serta memiliki inovasi yang membuatnya berbeda atau bisa mengambil peluang yang belum dioptimalkan platform lain.

"Kami yakin industri fintech P2P lending di Indonesia masih menarik buat investor. Saya pun sering dimintai pendapat. Karena potensi pertumbuhan industri ini masih besar, titik jenuhnya pun masih jauh. Terlebih, pandemi kemarin membuktikan bahwa kami cepat bangkit dari krisis, karena bisa menangkap peluang dengan cepat lewat teknologi," tambahnya.

Sebagai informasi, industri P2P lending di Indonesia yang diramaikan oleh 104 pemain memiliki total aset Rp4,36 triliun per Oktober 2021. Penyaluran pinjaman sepanjang tahun mencapai Rp129,38 triliun dengan sisa outstanding Rp27,9 triliun.

Perlu diingat, karena platform P2P hanyalah marketplace yang berperan mempertemukan pendana (lender) dengan peminjam dana (borrower), outstanding pinjaman yang tersalurkan tidak dihitung sebagai aset dari para penyelenggara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini