Bos Angkasa Pura I Pilih Strategi Recycling Aset

Bisnis.com,16 Des 2021, 01:04 WIB
Penulis: Anitana Widya Puspa
Bandara Sam Ratulangi di Manado, Sulawesi Utara. /Dok. Angkasa Pura I

Bisnis.com, JAKARTA - PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I berstrategi melakukan skema daur ulang aset atau recycling asset guna mengoptimalkan belanja modal atau capital expenditure (capex).

Direktur Utama AP I Faik Fahmi menjelaskan dengan skema recycling asset, bandara –bandara yang saat ini dikelola oleh perseroan akan dikerjasamakan pengelolaannya oleh pihak luar.

"Recycle itu kan memanfaatkan aset agar nilainya meningkat. Jadi tidak dijual asetnya, tapi dikerjasamakan sehingga nilainya naik," ujarnya, dikutip Rabu (15/12/2021).

Dalam menggunakan skema tersebut, setidaknya ada tiga bandara yang potensial dikerjasamakan, Faik menyebutkan ada tiga bandara. Pertama, Bandara Internasional Lombok, di mana terdapat lahan sekitar 550 ha yang bisa dikembangkan untuk mendukung ajang perlombaan MotoGP.

Sejumlah pihak pun telah melakukan penawaran dan menujukkan minat untuk pengelolan Bandara Lombok. Meski demikian, dia belum dapat mengungkapkan pihak yang berminat tersebut.

Selain bandara Lombok, lanjut Faik, Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makkasar juga potensial untuk dikerjasamakan dengan pihak lain. Bandara ketiga yakni Ngurah Rai, Bali juga masuk dalam skema recycling asset perseroan. Namun, lanjutnya, penawaran Bandara Ngurah Rai menunggu pembukaan penerbangan internasional.

Menurutnya, tak memungkinkan apabila bandara Ngurah Rai, Bali dikerjasamakan dalam kondisi yang tengah sepi penumpang internasionalnya.

“Nah, nanti kita tunggu pada 2022, setelah mungkin terkait Omicron mudah-mudahaan tidak menimbulkan gelombang ketiga, kemudian turis mulai masuk, baru kita pertimbangkan. Jadi nggak mungkin kita akan melakukan kerja sama dengan kondisi yang masih kurang bagus," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini