Soal Akuisisi Bank Mini oleh BNI, OJK Sebut Sea Ltd Punya Porsi Kecil

Bisnis.com,17 Des 2021, 05:45 WIB
Penulis: Dionisio Damara
Layar menampilkan Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK Slamet Edy Purnomo (kanan dilayar) bersama Wakil Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Fahmi Achmad saat berbicara di acara Bisnis Indonesia Business Challenges 2022 secara virtual di Jakarta, Rabu (15/12/2021). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Kabut yang selama ini menyelimuti kabar terkait mitra yang akan digandeng PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. perlahan mulai tersingkap.

BNI diketahui tengah menjajaki proses akuisisi bank kecil untuk dikembangkan sebagai bank digital. Bank Mayora merupakan satu nama yang santer dikabarkan bakal dicaplok perseroan.

Selain mengakuisisi bank kecil, emiten bersandi BBNI ini juga akan menggandeng perusahaan teknologi. Nama yang muncul ke permukaan adalah induk usaha Shopee, Sea Ltd.

Sea Group merupakan pemegang saham pengendali PT Bank Kesejahteraan Ekonomi, yang kini beralih nama menjadi Seabank lewat PT Koin Investama Nusantara.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK, Slamet Edy Purnomo, tidak menampik ketika ditanya terkait keterlibatan Sea Group dalam proses akuisisi bank kecil oleh BNI. Dia bahkan menuturkan Sea Group ikut berpartisipasi, tetapi dalam porsi kecil.

“Rencananya, [Sea Group] ada ikutan dengan porsi kecil. Namun, ditunggu saja kepastiannya karena belum ada laporan formal,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (16/12/2021).

Slamet Edy, kemarin, menuturkan tantangan struktural perbankan saat ini memicu kecenderungan pola bermain dengan menggaet investor strategis atau menempuh langkah konsolidasi. BNI disebut menjadi salah satu bank yang tengah melakukan konsolidasi.

Dia menuturkan sejumlah bank besar seperti PT Bank Central Asia Tbk., misalnya, telah mengakuisisi PT Bank Royal Indonesia pada akhir 2019. Sementara PT Mega Corpora mengambil alih PT Bank Harda Internasional Tbk. (BBHI) pada Maret 2021.

“Beberapa bank kita mengambil juga ada, seperti BCA mengambil Bank Royal, kemudian Bank Mega mengambil Bank Harda, lalu BNI mengambil Bank Mayora,” tutur Slamet.

Secara terpisah, Direktur IT & Operasi Bank BNI, Y.B Hariantono menyatakan BNI telah menggandeng perusahaan teknologi dalam proses pengembangan bank digital. Perseroan juga sudah menetapkan segmen mana yang akan disasar, beserta ekosistemnya.

“Jadi, kami gandeng partner perusahaan teknologi, kenapa? Karena banknya digital, sehingga semuanya harus bergantung pada teknologi dan kami harus mempunyai kapabilitas yang kuat,” pungkasnya.

Dia menambahkan saat ini BNI telah memiliki mitra strategis dengan kepemilikan ekosistem, baik secara luring maupun daring. Adapun terkait kemampuan manajemen perbankan telah dimiliki perseroan.

“Segmen sudah clear, kemampuan teknologi sudah sehingga cost of running company akan menjadi mudah, ekosistem digital offline dan online-nya ada, dan terakhir adalah kapabilitas dari perbankan. Kami sudah punya lengkap, maka kita jalani inisiatif ini," ujarnya.

Sementara itu, segmen yang akan disasar oleh perseroan adalah usaha kecil menengah (UKM). Hariantono memastikan bahwa BNI akan menyasar segmen tersebut dengan cara serta solusi yang berbeda dari perbankan tradisional.

Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini, saat ditemui di Jakarta pada akhir November 2021 mengatakan perseroan akan mengungkap mitra yang digandeng dalam proses pengembangan bank digital pada awal 2022.

Pengungkapan mitra tersebut akan dilakukan setelah proses kesepakatan rampung. Selain itu, perseroan juga masih menunggu persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan rapat umum pemegang saham (RUPS).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Azizah Nur Alfi
Terkini