Selera Risiko Tinggi, Aset Kripto Jadi Pilihan Masyarakat Indonesia

Bisnis.com,18 Des 2021, 14:59 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika
Ilustrasi aset kripto Bitcoin/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang kripto menjadi salah satu aset berisiko yang populer pada masyarakat Indonesia selama setahun belakangan.

Laporan Studi Investor Global Schroders 2021 yang dikutip pada Sabtu (18/12/2021) menyebutkan, seiring dengan pencabutan pembatasan sosial, dan ketidakpastian ekonomi, masyarakat di Indonesia terus berinvestasi pada aset-aset dengan risiko tinggi.

Tercatat, 40 persen responden survei dari Indonesia menyatakan berinvestasi pada aset-aset risiko tinggi. Sementara itu, sebanyak 52 persen responden menyebutkan mereka berinvestasi pada aset-aset aman atau risiko rendah.

Kemudian, 49 persen responden Indonesia juga menyatakan mereka berinvestasi melalui tabungan secara umum.

Banyak orang di Indonesia berinvestasi dalam aset berisiko tinggi, atau yang lebih baru, untuk pertama kalinya dalam satu tahun terakhir. Tercatat, 30 persen responden Indonesia mengaku memilih mata uang kripto sebagai aset pilihannya.

Pada urutan kedua, saham atau reksa dana sektor bioteknologi dan farmasi menjadi pilihan masyarkat Indonesia dengan porsi 29 persen. Selanjutnya, saham atau reksa dana terkait kendaraan listrik dan instrumen sejenis terkait internet dan teknologi menyusul dibelakangnya masing-masing sebesar 29 persen dan 28 persen.

Riset tersebut juga menyebutkan, 40 persen dari masyarakat bermaksud untuk mengalokasikan lebih banyak simpanan mereka ke aset berisiko tinggi setelah pembatasan sosial dicabut.

Sebanyak 33 persen responden menyatakan jumlah investasi mereka lebih rendah, dan 28 persen masyarakat menyatakan alokasi investasinya tidak mengalami perubahan.

Michael T. Tjoajadi, Presiden Direktur Schroders Indonesia menambahkan, temuan ini juga kembali menegaskan pentingnya investor untuk selalu memperhatikan tujuan investasi, horizon investasi dan profil risikonya.

“Sehingga investor dapat memilih produk investasi yang sesuai, tidak sekedar mengikuti tren yang terjadi tanpa memahami risiko sebuah investasi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Novita Sari Simamora
Terkini