Bisnis.com, JAKARTA - Dompet digital pelat merah LinkAja (PT Fintek Karya Nusantara) melihat adanya perbedaan kebutuhan di antara pengguna yang berada di kota besar atau Tier I, dengan pengguna di kota dan kabupaten golongan Tier II dan III.
Direktur Marketing LinkAja Wibawa Prasetyawan mengklaim pihaknya telah mampu memperkuat basis pengguna yang saat ini mencapai sekitar 80 juta ke kota dan kabupaten kecil di Tanah Air, sekaligus mampu bersaing dengan para kompetitor untuk memperebutkan pangsa pasar di Tier I.
"Setiap wilayah ada perbedaan. Kalau di Tier I, pengguna LinkAja terbanyak didominasi anak muda umur 20-24 tahun. Transaksi terbanyak membeli bensin, dan kebetulan kami juga bagian dari Pertamina. Selain itu, mereka juga banyak melakukan banking activities seperti transfer dana ke teman dan topup kartu uang elektronik," ujarnya dalam diskusi terbatas bersama media, dikutip Minggu (19/12/2021).
Adapun, basis pengguna di wilayah Tier II lebih senior, dengan umur 35 sampai 40 tahun. Aplikasi paling banyak digunakan untuk transaksi pembelian di warung-warung, di pasar tradisional, dan pembayaran digital commodity seperti membeli paket pulsa.
"Kalau di Tier III, umur terbilang sama dan use case yang sering digunakan juga tidak jauh berbeda dengan Tier II. Tapi menariknya, di wilayah ini banyak yang memilih menjadi pengguna LinkAja Syariah," tambah pria yang akrab disapa Iwan ini.
Apabila fenomena dari masing-masing wilayah tersebut diambil benang merahnya, maka transaksi dari ekosistem milik induk usaha tampak signifikan sebagai transaksi terfavorit.
Iwan pun mengakui bahwa fokus awal LinkAja untuk bersaing dengan para dompet digital kompetitor memang memperkuat transaksi digital di ekosistem induk usaha, seperti pom bensin milik Pertamina dan outlet-outlet distributor pulsa Telkomsel.
Setelah sukses di ekosistem induk usaha, LinkAja akan mulai menjejakkan kaki ke ekosistem swasta. Beberapa yang telah terealisasi, yaitu ekosistem pengguna BlueBird termasuk para pengemudi dan pool taksinya yang juga diramaikan oleh UMKM. Ada pula Sampoerna Retail Community (SRC) yang terdiri dari para pegiat toko kelontong beserta para distributor FMCG.
"Jadi fokus kami bukan hanya B2C, tapi B2B untuk memberikan solusi bisnis ke UMKM dan korporasi, sehingga kita bisa tumbuh di ekosistem yang kami kuasai secara sehat. Kami lihat setiap pemain [dompet digital] juga melakukan hal serupa di ekosistem tertentu yang dikuasainya," jelasnya.
Chief Operation Officer LinkAja Widjayanto Djaenudin mengungkap bahwa strategi ini dipastikan menambah jangkauan LinkAja yang kini telah digunakan 2,3 merchant terdaftar di sekitar 500 kota dan kabupaten seluruh Indonesia.
"Sekarang ini mitra korporasi B2B kami ada 200 entitas. Kami optimis bisa menambah 1 juta merchant dari ekosistem mereka. Terkhusus toko kelontong, seperti sekitar 20.000 mitra SRC dan 400.000 outlet penjual pulsa Telkomsel, kami targetkan naik 10 kali lipat di tahun depan," jelasnya.
Sebagai informasi, LinkAja tengah berupaya memperbesar layanan solusi bisnis buat para mitra B2B, baik BUMN maupun swasta, salah satunya terkait periklanan di aplikasi dan media sosial LinkAja. Layanan ini berguna untuk menginformasikan promo, diskon, cashback, maupun voucher yang bisa seketika digunakan para pengguna lewat LinkAja.
LinkAja juga bisa menawarkan digitalisasi buat ekosistem di lingkungan sekitar para mitra, seperti kantin, parkiran, dan tempat ibadah. Selain itu, LinkAja juga bisa digunakan mitra untuk mendistribusikan gaji, insentif, tunjangan makan, atau komisi buat karyawan atau rekanannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel