Bisnis.com, JAKARTA -- PT Asuransi Central Asia (ACA) memproyeksikan pendapatan premi bruto (gross written premium) perusahaan dapat mencapai Rp3 triliun sampai dengan akhir Desember 2021.
Direktur Utama ACA, Juliati Boddhiya optimistis kinerja perusahaan masih tetap terjaga dan semakin membaik hingga akhir tahun ini.
"Gross written premium ACA sampai dengan akhir tahun 2021 diperkirakan sebesar Rp 3 triliun, sedangkan aset yang dimiliki saat ini mencapai Rp11,4 triliun dengan jumlah ekuitas sebesar Rp7 triliun. Hal ini menunjukkan kepercayaan dan dukungan nasabah, serta mitra bisnis yang makin meningkat," ujar Juliati melalui siaran pers, Selasa (21/12/2021).
Menurutnya, kinerja tersebut didorong oleh sejumlah hal, antara lain perbaikan bisnis model yang diterapkan, penerapan prinsip kehati-hatian dalam proses underwriting, cermat dan efisien biaya operasional, serta kebijakan investasi yang cerdas dan berimbang.
ACA memandang bahwa prospek perekonomian, baik secara global maupun domestik, pada 2022 akan lebih baik dibandingkan dengan 2021, didukung oleh langkah-langkah dalam pengendalian pandemi dan pendistribusian vaksin yang hampir merata ke seluruh rakyat Indonesia.
"Sejalan dengan pemulihan global, perekonomian Indonesia diperkirakan akan pulih dan akan tumbuh sebesar 4-6 persen di 2022 sesuai dengan prediksi pemerintah. Namun demikian, masih banyak terdapat risiko dan tantangan di 2022 yang perlu diwaspadai, terutama karena masih adanya negara-negara yang belum berhasil mengendalikan pandemi Covid-19, sehingga dengan adanya ketidakpastian tersebut mendorong ACA memprioritaskan kualitas pelayanan kepada nasabah untuk menjaga agar kepentingan para nasabah ACA tetap terjaga dan terlindungi bersama dengan ACA," kata Juliati.
Adapun, sepanjang 2020, ACA mencatat hasil konsolidasi written premium sebesar Rp5,632 triliun, mengalami kontraksi sebesar 7,5 persen dari tahun lalu. Sementara itu, pendapatan investasi turun 6,9 persen menjadi Rp517 miliar. Meskipun mengalami sedikit penurunan, pertumbuhan laba usaha ACA di 2020 justru naik sebesar 6 persen, mencapai Rp1,484 triliun dari Rp1,397 triliun pada 2019.
"Di tengah badai pandemi Covid-19 yang melanda sejak awal tahun 2020, kami mampu mengatasi berbagai macam tantangan dan kesulitan yang menerpa dan menjadikan momen tersebut untuk meningkatkan komitmen dalam usaha mencapai visi dan misi dari perusahaan. Saling mendukung dan mencari solusi terbaik merupakan jawaban untuk membawa perusahaan terus tumbuh secara berkelanjutan dan menghasilkan kinerja yang baik, dari segi operasional maupun finansial," tutur Juliati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel