Bisnis.com, JAKARTA – Era digitalisasi sudah di depan mata. Kehadirannya telah menembus sekat-sekat yang selama ini melintangi industri konvensional, tak terkecuali perbankan.
Di Indonesia, pandemi Covid-19 telah membentuk pola kebiasaan baru masyarakat. Pembatasan aktivitas membuat publik mulai terbiasa mengoperasikan layanan dalam genggaman. Menurut survei McKinsey, kebiasaan baru ini akan tetap bersemayam meski pandemi mereda.
Industri perbankan nasional lantas merespons kebiasaan baru tersebut, berlomba-lomba menjadi bank digital. Setidaknya ada tiga strategi yang disiapkan dalam menyikapi fenomena tersebut.
Pertama, bank kecil bertransformasi menjadi bank digital dengan menggaet investor anyar. Sebut saja Bank Neo Commerce (BBYB), Bank Bumi Arta (BNBA), Bank Jago (ARTO), Allo Bank (BBHI), dan sederet bank lainnya.
Kedua, bank besar membentuk sekoci baru lewat proses akuisisi bank bermodal mini lalu diubah menjadi bank digital. Semisal, BCA dengan Blu Digital dan BRI melalui BRI Agro (Bank Raya).
Ketiga, bank besar menggunakan pola hibrida. Mereka tak membentuk sekoci baru, tetapi melakukan transformasi digital secara masif di tataran internal. Mencoba beradaptasi dengan perubahan, akan tetapi bertahan menggunakan bisnis model lama.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) sejauh ini memilih jalan ketiga. Dalam kurun dua tahun terakhir, perseroan manajemen melakukan transformasi digital, bahkan menetapkan peta jalan yakni memiliki ekosistem mortgage berbasis digital pada 2025.
Namun, proses manuver itu dilakukan secara hati-hati, tanpa merampingkan organisasi dan jaringan. Wakil Direktur Utama BTN, Nixon L.P Napitupulu mengatakan perseroan justru berupaya mengubah pola pikir karyawan dari bank oriented menjadi customer driven.
“Kami percaya, perubahan yang dipicu oleh teknologi itu adalah sebuah keharusan, tak terelakkan lagi. Tapi kami memilih berubah secara hati-hati dengan tetap menjaga keseimbangan organisasi,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (21/12/2021).
Nixon melanjutkan transformasi digital BTN ditopang tiga pilar. Pertama, digitalisasi di semua lini organisasi, terutama di bisnis proses. Upaya ini berdampak signifikan. Proses pengajuan dan persetujuan kredit menjadi lebih singkat. Kanal pemasaran kredit juga bertambah dan efisien.
Kedua, meningkatkan kualitas aset digital, baik dari sisi produk, layanan maupun aplikasi. BTN telah memperkenalkan desain baru aplikasi BTN Properti. Tampilan antarmuka atau dan user experience (UI/UX) menjadi lebih minimalis, segar, simple, user friendly, dan mudah digunakan.
Strategi ketiga adalah membangun ekosistem perumahan dan memperluas kolaborasi. Jadi, kata Nixon, setelah transformasi di internal, meningkatkan kualitas aset digital, maka langkah selanjutnya menggalang sinergi dengan para pelaku bisnis properti.
“Strategi pengembangan ekosistem salah satunya diwujudkan melalui partnership dengan fintech dan startup yang relevan seperti Pinhome. Ini baru awal, ke depan kami bakal terus memperbanyak partnership,” kata Nixon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel